Perspektif dapat membuat lukisan menjadi bahan perbincangan tanpa henti. Legenda tema lukisan akan berlangsung sepanjang waktu asal tepat dalam membidik subyek lukisan dengan pertanyaan yang dilontarkan. Pameran dengan judul Satu Sekat Asa Merekat, yang digelar di Galeri Darmin Kopi, Jl Duren Tiga Raya 7E,Rt 2/RW 6, Pancoran, Jakarta Selatan.
Pameran yang akan berlangsung dari 23 November hingga 7 Desember 2024 ini, memperlihatkan bagaimana anak berkebutuhan khusus memberi gambaran melalui tanda dengan garis, warna dan torehan di atas kanvas terhadap tema kosong. Karya-karya pilihan abstrak ini memberi pandangan bagaimana mengejawantahkan kosong dalam jiwa dengan gaya lukis yang ada. Baik dengan torehan warna, atau perpaduan garis dan bentuk yang disajikan dalam lukisan-lukisan yang terpajang.
Jika membayangkan melukis maka pada tiap goresan yang tertuang pada kanvas baik itu warna hitam, warna merah atau warna lainnya, di sanalah ruang harap itu terbentuk. Baik nyata atau tidak nyata apa yang terlukis, baik gaya realis atau gaya abstrak, melukis adalah mengharap pada masa depan dengan nilai-nilai lukisan yang tersembunyi. Seperti pada pameran Satu Sekat Asa merekat kali ini, dengan peserta pameran: Achmad Fadhil, Haykal Asri, Arkana Aydin Kahlil, Sakha Farras Martin, Cut Putri Nur Syifa, Raphael Jason Imanuel dan Annur Glaresidea Duryat.
Menurut Tri Yuli Prasetyo, pengarah artistik pameran ini, jika menelaah kedalaman lukisan, disanalah identitas itu bernaung. Melukis merupakan cara menampilkan identitas kita, baik identitas dalam berpikir dan identitas cara menuangkan pemikiran kita.
“Menyimak hal ini, catatan panjang melukis, tentu, akan tampil ketika lukisan dipajang dalam ruang pamer. Terlihat nyata bagaimana pelukis memperjuangkan lukisannya, memperjuangkan pemikiran, serta memperjuangkan daya hidupnya,” pungkas Tri Yuli Prasetyo. (Agung F)