Langkah Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) untuk menggulirkan Program Pendampingan Mikro Mandiri Usaha Mikro Mandiri mulai dirasakan manfaatnya bagi para pelaku usaha mikro yang tidak hanya memberikan mentoring materi bisnis, tetapi juga menghubungkan dengan mitra usaha.
“Melalui program ini, saya dipertemukan dengan beberapa asosiasi hingga bisa menjalin kerja sama dengan pengusaha batik. Produk kami didisplai di tempat usaha mereka. Saya berharap kerja sama seperti ini diperluas dengan BUMN, Pertamina, dan perbankan,” kata Purwanto, pelaku usaha produk kulit dengan brand Alsani Leather asal Sleman di sela kegiatan Pendampingan Mikro Mandiri Secara Offline di Gedung PLUT-KUMKM, Yogyakarta, Jumat (27/10).
Manfaat lainnya, kata Purwanto, setelah mengikuti program tersebut ia mampu menguasai teknik marketing dan manajemen keuangan secara lebih terorganisir. “Kini, dengan manajemen keuangan lebih tertata, omzet meningkat. Bahkan, kita sudah bisa memprediksi omzet ke depan hingga melakukan evaluasi,” ucap Purwanto.
Purwanto menjelaskan, usaha yang mulai dirintis sejak 2019 itu memproduksi tas kulit pria dan wanita, handbag, dompet, gantungan kunci, dan sebagainya. Dari memiliki karyawan hanya tiga orang, sekarang sudah sembilan orang.
“Saya berjualan secara offline di Plaza Malioboro, Bandara Yogyakarta, dan ikut pameran-pameran besar seperti Ina Craft,” kata Purwanto.
Selain itu, Purwanto juga melakukan penjualan secara online melalui media sosial seperti Instagram, WA, dan e-commerce (Shopee). “Dengan usaha lebih tertata, kita jadi tahu berapa omzet kita dalam sebulan dan setahun,” ujar Purwanto.
Manfaat besar dari program Pendampingan Mikro Mandiri KemenKopUKM juga dirasakan Ino Damayanti, pelaku usaha aneka produk kripik dengan brand Kripik Mbok Sajinem asal Sleman. “Saya mendapat ilmu perencanaan keuangan, marketing, hingga legalitas usaha, agar bisnis berjalan lebih baik. Saya sudah mulai memisahkan antara uang pribadi dan bisnis,” kata Ino.
Manfaat lain bagi Ino adalah difasilitasi untuk bisa menjalin kerja sama dengan stakeholder yang ada di Yogyakarta. “Saya berharap ke depan program ini menghadirkan lebih banyak narasumber yang bisa dijadikan inspirasi, misalnya dalam hal mengekspor produk,” kata Ino.
Ino menjelaskan, produknya sudah masuk ke pasar di Australia melalui WNI yang tinggal di sana. “Pemasaran kami sebagian melalui Instagram dengan terus berpromosi,” kata Ino.
Ino yang menjalankan usaha rintisan orangtua sejak 1970, menerapkan socialpreneur dalam pengembangan usahanya. “Kami melibatkan ibu-ibu tetangga sekitar,” kata Ino.
Peserta lainnya, Achmad Ridwan asal Malang, Jawa Timur, juga merasakan banyak manfaat dari program Pendampingan Mikro Mandiri KemenkopUKM. “Pencatatan keuangan bisnis menjadi lebih terarah dan terukur. Saya juga sudah memisahkan antara uang pribadi dan usaha. Setelah ikut program ini omzet meningkat 100 persen,” kata Ridwan.
Ridwan menjelaskan, usahanya bergerak di bidang produk pengolahan ikan lele. Awalnya, dia hanya melakukan budidaya ikan lele. “Ikan lele selama ini hanya digoreng di warung-warung,” kata Ridwan.
Kini, usaha Ridwan sudah mampu memproduksi olahan berbahan ikan lele, seperti bakso ikan lele, frozen lele, hingga produk kering (amplang, stik tulang, dan rambak kulit). “Sekarang kami sudah merambah ke olahan produk berbahan ikan nila,” kata Ridwan.
Terkait pemasaran, kata Ridwan, lebih banyak dilakukan ke instansi-instansi Pemerintah, seperti Pemkab, Pemprov, hingga Kementerian/Lembaga. “Kami turut memberdayakan masyarakat sekitar. Kebetulan, di Malang, banyak pelaku usaha budidaya ikan,” ucap Ridwan.
Makin Progresif
Sementara itu, dalam sambutannya, Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius menyatakan, pendampingan UMKM di Indonesia saat ini sudah semakin progresif. Banyak strategi yang dilakukan pemerintah maupun swasta dalam mendorong UMKM untuk terus maju dan berkembang.
“Kenapa pendampingan khususnya bagi usaha mikro itu penting? Karena, usaha mikro dengan karakteristik keterbatasan yang dimilikinya membutuhkan dukungan persiapan untuk proses adaptasi dengan lingkungan bisnis yang sesungguhnya,” kata Yulius.
Lebih dari itu, kata Yulius, pelaku usaha mikro juga akan mengalami banyak tantangan, mulai dari persoalan modal/biaya, manajemen keuangan, pengembangan produk, produksi, pemasaran, SDM, dan teknologi.
Bagi Yulius, kegiatan pendampingan usaha mikro inilah yang akan mendukung para pelaku UMKM dapat menjembatani dan mengatasi tantangan yang dihadapi. “Tujuannya, agar usaha mikro tetap bertahan, bertumbuh, dan menjadi bisnis yang berkelanjutan dan naik kelas,” kata Yulius.
Untuk itu, KemenKopUKM melalui Deputi Bidang Usaha Mikro, telah menginisiasi berbagai program dalam mendukung transformasi dan pengembangan usaha mikro. Yaitu, penyediaan akses kemudahan berusaha melalui pendampingan legalitas NIB dan sertifikasi usaha, Kredit Usaha Rakyat (KUR), pendampingan onboarding usaha mikro untuk digitalisasinya, pendampingan kapasitas SDM usaha mikro, serta kemitraan usaha mikro dengan koperasi dan usaha besar.
Kemudian, untuk akses perlindungan usaha, juga terdapat fasilitasi layanan bantuan dan pendampingan hukum bagi Usaha Mikro-Kecil, serta bantuan pemerintah untuk Usaha Mikro Pasca-Bencana.
“Tahapan program ini sudah dimulai dari proses refreshment secara daring yang sudah dilakukan sebanyak lima kali dengan konsultasi pasca-refreshment melalui media zoom, dan sampai dengan saat ini telah masuk dalam tahapan proses pendampingan offline yang kedua,” kata Yulius.
Pendampingan offline fokus untuk usaha mikro yang bisa dihubungkan dengan ekosistem kerja sama usaha lebih luas dengan para mitra bisnis/stakeholder. “Sehingga, permasalahan utama dari para pelaku usaha mikro peserta program pendampingan mikro mandiri dapat dieliminasi,” kata Yulius.
Yulius berharap, 20 pelaku usaha mikro yang terpilih dalam program tersebut, bisa langsung membangun jejaring usaha dengan mitra bisnis/stakeholder yang dihadirkan dalam kegiatan pendampingan ini. “Prinsip bisnis yang setara, saling menguntungkan, dan memperkuat usaha berbagai pihak tentu harus dikedepankan,” ucap Yulius.
Menurut Yulius, melalui program pendampingan yang utuh hulu-hilir tentu para pelaku usaha mikro dan mitra bisnis/stakeholder akan dapat menjaga kesinambungan usaha, kontinuitas kuantitas dan kualitas produksi, serta penguatan manajemen usaha dan brandingnya. “Yang akhirnya akan bermuara pada peningkatan usahanya,” ujar Yulius. (Ikhsan)