Suasana di Kabupaten Bojonegoro mulai hari ini (14/07) sampai Kamis mendatang (18/07) terasa lebih semarak dengan berlangsungnya Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 (Bojonegoro TIFF).
Perhelatan akbar ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bekerjasama dengan Conseil International des Organisations de Festivals de Folklore et d’Arts Traditionnels (CIOFF®) Indonesia Section pada tanggal 14 sampai 18 Juli 2019. Tujuan utama acara ini adalah untuk memperkenalkan Tari Thengul sebagai ikon budaya, dan Nasi Buwuhan sebagai ikon kuliner Bojonegoro.
Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah mengungkapkan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan ini, mengingat persiapan Bojonegoro TIFF memakan waktu yang panjang serta melibatkan banyak stakeholders. “Kami mengapresiasi semua pihak yang turut mempersiapkan pagelaran akbar ini. Harapannya, dengan berlangsungnya Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019 bisa meningkatkan kunjungan wisata ke Bojonegoro, baik wisatawan lokal maupun internasional. Kami juga ingin menegaskan ikon budaya Bojonegoro yaitu Tari Thengul serta Nasi Buwuhan sebagai ikon kuliner, sehingga bisa mendukung promosi branding “Pinarak Bojonegoro” yang sedang kami galakkan,” jelas Anna Muawanah.
Bojonegoro TIFF sendiri berisikan rangkaian acara mulai dari Festival Lontong Kikil Trucuk, Opening Ceremony, Lomba Cipta Menu Nasi Buwuhan bersama Chef Juna, Street Performance, Pertunjukan Seni Empat Negara, Culture Visit, Culture Night, Workshop Kesenian Rakyat, Pagelaran Wayang Thengul, Tari Parang Barong, Praktik Membatik, Penanaman Pohon di Wonocolo, dan yang menjadi daya tarik utama adalah Pemecahan Rekor MURI Tari Thengul kolosal 2.019 penari dan Pemecahan Rekor MURI 25.000 Nasi Buwuhan.
Tari Thengul kolosal melibatkan sekitar 2.050 pelajar di Bojonegoro, yaitu 1.080 pelajar dari tingkat 50 SD, 510 pelajar dari tingkat 20 SMP, serta 447 pelajar dari tingkat SMA/SMK. Ada 91 pelatih yang bertugas melatih gerakan para pelajar ini, termasuk pula mempersiapkan pengaturan posisi penari yang akan tampil bersamaan mulai dari Lapangan Desa Trucuk, Jembatan Sosrodilogo, lapangan di bawah jembatan, serta bantaran sungai Bengawan Solo. Jembatan Sosrodilogo sendiri merupakan jembatan di wilayah Kecamatan Trucuk yang membentang di atas Sungai Bengawan Solo, penghubung Kota Bojonegoro.
Tari Thengul merupakan tarian tradisional Bojonegoro yang terinspirasi dari Wayang Thengul. Tahun 2018 lalu Wayang Tengul mendapatkan penetapan sebagai warisan budaya tak benda dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di tahun yang sama, Tari Thengul mendapatkan penetapan sebagai hak kekayaan inteletual (HAKI). Gerakan Tari Thengul memiliki ciri khas tersendiri, yaitu kaku dengan ekspresi yang lucu. Ditambah dengan tata rias wajah dengan menggunakan bedak putih ala topeng serta busana yang mendukung, membuat tari ini sangat unik, memunculkan kesan humor serta menghibur dalam setiap pertunjukannya.
Sedangkan Sego (Nasi) Buwuhan merupakan kuliner khas Bojonegoro yang sebelumnya hanya bisa diperoleh pada saat hajatan, namun sekarang menjadi makanan yang merakyat karena bisa disantap setiap hari. Nasi Buhuwan berbentuk seperti lontong yang dibungkus dengan daun jati yang sudah didasari daun pisang. Isian Nasi Buwuhan ada buah papaya muda atau blonceng ditambah kacang tolo dibumbu kuning tanpa santan, momoh tempe lombok, daging bumbu terik dan srundeng kering. Dengan penyajian 25.000 Nasi Buwuhan ini, maka seluruh peserta yang hadir bisa menikmati hidangan ini bersama-sama, baik tamu lokal dan mancanegara.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Amir Syahid mengatakan bahwa pada acara ini, CIOFF Indonesia mendatangkan delegasi kesenian dari empat negara, yaitu Bulgaria, Polandia, Thailand, dan Meksiko. Ada sekitar 103 seniman dari keempat negara tersebut yang akan menampilkan kesenian masing-masing di lokasi yang berbeda-beda, antara lain Pendopo Malowopati, Jl. P Mas Tumapel, Jl. MH Thamrin, Stadion Letjen H. Sudirman, Alun-alun, Dander Water Park, dan Wonocolo. “Kami berharap melalui tampilnya kesenian dari keempat negara ini, masyarakat bukan hanya terhibur namun juga lebih terbuka wawasannya terhadap negara lain, dan kita sendiri bisa mempromosikan kesenian khas Bojonegoro untuk nanti bisa disebarluaskan mereka di negara masing-masing,” ungkap Amir Syahid.