• Inacraft News
  • Editor’s Note
  • Redaksi
  • Info Iklan
Inacraft News
Inacraft Maret 2023
  • Home
  • Cover Story
  • Focus ASEPHI
  • Product
  • SMEs
  • Design
  • Art
  • Fashion
  • Inspiration
  • Figure
  • More …
    • Celebrity
    • Travel
    • Regional Report
    • Tech Craft
    • Finance & Banking
    • Business
    • Vacation
    • CSR
    • Review
    • Event
    • Agenda Asephi
    • How to Do
  • QUIZ
  • e-Magazine
No Result
View All Result
  • Home
  • Cover Story
  • Focus ASEPHI
  • Product
  • SMEs
  • Design
  • Art
  • Fashion
  • Inspiration
  • Figure
  • More …
    • Celebrity
    • Travel
    • Regional Report
    • Tech Craft
    • Finance & Banking
    • Business
    • Vacation
    • CSR
    • Review
    • Event
    • Agenda Asephi
    • How to Do
  • QUIZ
  • e-Magazine
No Result
View All Result
Inacraft News
No Result
View All Result
Home Headlines

Desa Wisata Limbo Wolio Sultra Terjaga Kelestarian Lingkungannya

Achmad Ichsan by Achmad Ichsan
June 9, 2022
in Headlines, Travel
0
Desa Wisata Limbo Wolio Sultra Terjaga Kelestarian Lingkungannya
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berpesan kepada seluruh masyarakat desa Buton agar dapat mempertahankan kelestarian dan keberlanjutan Desa Wisata Limbo Wolio yang berada di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menparekraf Sandiaga saat melakukan kunjungan kerja ke Sulawesi Tenggara untuk visitasi Desa Wisata Limbo Wolio yang masuk ke dalam 50 besar ajang Anugerah Desa Wisata Indonesi (ADWI) 2022, pada Rabu (8/6/2022) mengatakan Desa Wisata Limbo Wolio yang berada di puncak bukit Kota Baubau memiliki benteng terbesar di dunia dengan luas 23,3 hektare dan telah tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dan Guinness Book of World Record pada 2006.

“Desa Wisata Limbo Wolio ini merupakan lokasi benteng terluas di dunia, kita harus jaga, kita harus lestarikan. Dan memang untuk menjaganya ini melibatkan masyarakat, pemerintah, dan seluruh unsur pentahelix,” kata Menparekraf Sandiaga.

Benteng Wolio awalnya dibangun oleh Raja Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Kaimuddin pada abad ke-16. Benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu karst yang disusun mengelilingi komplek istana untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan pemukiman masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan.

Namun, pada masa pemerintahan Raja Buton IV, La Elangi atau Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen. Konon katanya batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir, dan kapur.

Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Wolio memberikan pengaruh besar terhadap eksistensi kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.

Benteng Wolio sendiri memiliki 12 pintu gerbang yang disebut ‘Lawa’ dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut ‘Badili’, 4 boka-boka (bastion berbentuk bulat), batu tondo (tembok keliling), parit, dan alat persenjataan. Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik pada zamannya.

“Namun kualitas dari batu-batu di Benteng Wolio ini perlahan akan tergerus, ini harus ada konservasinya, karena yang harus diperhatikan adalah aspek keberlanjutannya, bagaimana ikon pariwisata Limbo Wolio ini akan menjadi warisan untuk anak cucu kita, untuk ratusan tahun ke depan, jadi harus kita jaga,” kata Menparekraf Sandiaga.

Salah satu sultan yang sangat dihormati pada masanya ialah Sultan Buton VI, Lakilaponto atau yang dikenal dengan nama Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis. Ia menjadi sultan pertama dan raja terakhir, karena sistem pemerintahan yang semula kerajaan diubah menjadi kesultanan. Sebagai raja beliau memerintah selama 20 tahun, sementara sebagai sultan selama 26 tahun.



Agama Islam mulai masuk ke Kota Baubau saat di bawah pemerintahannya. Semasa pemerintahannya pula, ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masigi Ogena atau Masjid Agung Kesultanan Buton. Hingga kini masjid tersebut masih difungsikan sebagai tempat ibadah umat Islam.

Menurut Keterangan Ketua Pokdarwis Dadi Mangora Keraton Molagina Maman di dalam Masjid Agung Kesultanan Buton ini sarat akan makna. Sebut saja jumlah anak tangganya ada sebanyak 17, menandakan jumlah rakaat salat. Lalu untuk panjang bedugnya 99 cm, melambangkan asmaul husna dan pasaknya berjumlah 33 sesuai dengan jumlah tasbih.

Makam Sultan Muhrum juga berada di dalam kawasan Benteng Wolio. Dibangunnya makam guna memberikan penghormatan kepada jasa-jasa Sultan semasa hidupnya. Makam ini kerap kali dimanfaatkan masyarakat sebagai wisata ziarah atau yang disebut dengan ‘Santiago’.

Menparekraf Sandiaga yang didampingi Staf Khusus Menparekraf Bidang Akuntabilitas, Pengawasan, Reformasi, dan Birokrasi Kemenparekraf, Irjen Pol Krisnandi; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua; dan Walikota Baubau, La Ode Ahmad Monianse berkesempatan untuk ziarah ke makam Sultan Muhrum.

Di dekat makam Sultan Muhrum terdapat Batu Yi Gandangi. Menurut masyarakat setempat belum sah ke Kota Baubau kalau belum menyentuh batu tersebut. Dulunya tempat batu ini terdapat mata air pada celah batu yang diyakini dapat mengeluarkan air bila ada penobatan raja atau sultan.

Selain Benteng Wolio yang menjadi warisan budaya nusantara, terdapat beragam unsur atraksi wisata menarik. Diantaranya Kande-Kandea, Posipo, Alana Bulua, Dole-Dole, Tandaki, Haroa, Qadiri, Qunua, Tembaana Bula, serta berbagai permainan tradisional. Namun, atraksi tersebut hanya bisa dinikmati pada waktu tertentu, tergantung tradisi masyarakat Buton serta pada setiap event budaya lainnya di Kota Baubau.

Dengan potensi desa wisata yang begitu besar, Menparekraf Sandiaga berharap kesejahteraan masyarakat bisa meningkat dengan semakin terbukanya peluang usaha dan lapangan kerja melalui pengembangan desa yang berkelanjutan.

“Ini merupakan suatu prestasi tapi harus dijaga, harus dipertahankan dan harus bisa menyejahterakan masyarakat,” kata Menparekraf.

Walikota Baubau, La Ode Ahmad Monianse menyampaikan terima kasih kepada Menparekraf yang telah berkenan hadir memberikan dorongan serta motivasi kepada masyarakat Buton dalam mengembangkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

“Semoga dengan pariwisata Indonesia bisa bangkit setelah masa pandemi dan kita raih kembali Kota Baubau sebagai kota yang maju, adil, dan sejahtera,” katanya. (Achmad Ichsan)

Tags: achmad ichsandesaichsaninacraftinacraftnewslimbopariwisatasultrawisata
Previous Post

Ijen Banyuwangi Ditetapkan Jadi UNESCO Global Geopark

Next Post

Sandiaga Uno : Jaga Momentum Kebangkitan Pariwisata

Next Post
Sandiaga Uno : Jaga Momentum Kebangkitan Pariwisata

Sandiaga Uno : Jaga Momentum Kebangkitan Pariwisata

Please login to join discussion

E-Magazine Inacraft News

Warta Inacraft

INACRAFT NEWS

INACRAFT NEWS diterbitkan oleh Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (BPP ASEPHI)

Jl. Wijaya I No.3A, – Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12170
Phone: (62 21) 725 2032, 725 2033, 725 2063
Fax.: (62 21) 725 2062
Email: redaksi@inacraftnews.com

Redaksi

  • Inacraft News
  • Editor’s Note
  • Redaksi
  • Info Iklan

Network

  • ASEPHI
  • Inacraft Award
  • Inacraft
  • Inacraft News
  • Editor’s Note
  • Redaksi
  • Info Iklan

Inacraft News © 2023 ASEPHI - by Kolabo

No Result
View All Result
  • Home
  • Cover Story
  • Focus ASEPHI
  • Product
  • SMEs
  • Design
  • Art
  • Fashion
  • Inspiration
  • Figure
  • More …
    • Celebrity
    • Travel
    • Regional Report
    • Tech Craft
    • Finance & Banking
    • Business
    • Vacation
    • CSR
    • Review
    • Event
    • Agenda Asephi
    • How to Do
  • QUIZ
  • e-Magazine

Inacraft News © 2023 ASEPHI - by Kolabo