Kelangkaan container dan pelayaran menyebabkan hasil kerajinan Indonesia menjadi tersendat-sendat di tengah pandemi ini. Demikian yang disampaikan Ketut Dharma Siadja, Ketua BPD Asephi Bali dalam siaran pers nya.
Padahal, menurutnya, ekspor kerajinan Indonesia sudah mulai bergerak naik sesuai dengan kebutuhan pasar di Eropa dan USA. “Tapi belum sepenuhnya seperti dulu besarannya,” ujar Ketut.
Hal ini disebabkan, lanjutnya, karena kelangkaan container, banyak barang-barang yang siap ekspor menjadi diundur keberangkatannya, dan kadang walau sudah dapat container tapi jadwal pelayarannya yang tidak bisa dipastikan. Sehingga, mesti merubah jadwal yang sudah disepakati dengan pihak buyers di luar negeri.
“Dan ini menimbulkan biaya tambahan, karena kadang harus membayar ongkos parkir container di Pelabuhan sampai menunggu jadwal keberangkatan,” terang Ketut.
Di pihak lain, tambahnya, karena pelayaran yang langka menyebabkan biaya menjadi naik secara signifikan yang menyebabkan pihak buyer menjadi keberatan dengan kenaikan harga pelayaran tersebut karena mempengaruhi nilai barang kita di pasaran mereka.
“Asephi meminta agar pemerintah bisa mencarikan solusinya agar barang-barang kerajinan Indonesia yang di produksi oleh para UKM bisa terkirim dengan lancar sampai ke buyer dan memenuhi jadwal-jadwal yang sudah di sepakati, tanpa harus menunda-nunda lagi karena kelangkaan container dan pelayaran. Dan bila lancar, tentunya bisa mendatangkan devisa bagi negara,” papar Ketut. (Achamd Ichsan)