Magelang, Senin 23 Juni 2025 — Festival budaya dan spiritualitas TRIDAYA Mandala Borobudur 2025 resmi dibuka hari ini di Taman Lumbini, kawasan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Pembukaan hari pertama festival secara khusus ditandai dengan penyelenggaraan Sarasehan Spiritual Jiwa Borobudur, yang menjadi sorotan utama dalam rangkaian kegiatan.
Diselenggarakan pada pukul 19.00–21.00 WIB, Sarasehan ini mengangkat tema Spiritual Jiwa Borobudur, dan menghadirkan tokoh-tokoh spiritual lintas iman: Ustaz M. Yaser Arafat, Guido Schwarze, Romo Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ, dan Ki Radyo Harsono. Diskusi berlangsung dalam suasana reflektif dan terbuka, dipandu oleh Edi Wibowo sebagai moderator.
Sarasehan ini tidak hanya menjadi forum pemikiran, tetapi juga ruang spiritual bersama yang menggali kembali nilai-nilai luhur Candi Borobudur sebagai cagar budaya yang menyatukan semangat ke-Tuhanan, kebhinekaan, dan kemanusiaan. Para narasumber menggarisbawahi pentingnya spiritualitas sebagai kekuatan pemersatu di tengah keragaman, serta bagaimana Borobudur dapat menjadi sumber energi etis bagi kehidupan sosial yang harmonis.
Nilai-nilai ini menjadi penting di tengah fenomena menurunnya etika, moral, dan kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat. Dengan menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat inspirasi spiritual lintas iman, Sarasehan ini diharapkan dapat membangkitkan kembali jiwa bangsa yang menghargai kebajikan dan persatuan.
Selain Sarasehan, hari pembukaan juga diwarnai oleh aksi lingkungan bertajuk Sambang Urip “Bumi Sambhara”, berupa kegiatan bersih sungai dan penanaman pohon yang melibatkan komunitas lokal dan relawan. Tak kalah menarik, terdapat pula workshop daur ulang barang bekas, yang mengajak pengunjung memanfaatkan tutup botol plastik dan kantong plastik sekali pakai menjadi produk kreatif dan fungsional.
Festival TRIDAYA Mandala Borobudur 2025 akan berlangsung hingga Rabu, 25 Juni 2025, dengan beragam agenda budaya seperti peragaan busana batik Borobudur, kompetisi kopi tradisional, pameran UMKM, dan pertunjukan sendratari yang menampilkan nilai-nilai luhur peradaban Borobudur. Peserta festival berasal dari berbagai daerah, termasuk Jakarta, Bali, Lombok, Labuan Bajo, dan Danau Toba.
Festival ini diselenggarakan secara mandiri oleh Mahajava Aksata dan Commvnal Coffee, dan menjadi ruang inklusif bagi masyarakat dari berbagai latar belakang untuk merayakan spiritualitas, budaya, dan kepedulian lingkungan dalam satu kesatuan visi kebangsaan.