• Inacraft News
  • Editor’s Note
  • Redaksi
  • Info Iklan
Inacraft News
  • Home
  • Cover Story
  • Focus ASEPHI
  • Product
  • SMEs
  • Design
  • Art
  • Inspiration
  • e-Magazine
  • Warta Inacraft
  • More …
    • Figure
    • Celebrity
    • Travel
    • Fashion
    • Regional Report
    • Tech Craft
    • Finance & Banking
    • Business
    • Vacation
    • CSR
    • Review
    • Event
    • Agenda Asephi
    • How to Do
    • QUIZ
No Result
View All Result
  • Home
  • Cover Story
  • Focus ASEPHI
  • Product
  • SMEs
  • Design
  • Art
  • Inspiration
  • e-Magazine
  • Warta Inacraft
  • More …
    • Figure
    • Celebrity
    • Travel
    • Fashion
    • Regional Report
    • Tech Craft
    • Finance & Banking
    • Business
    • Vacation
    • CSR
    • Review
    • Event
    • Agenda Asephi
    • How to Do
    • QUIZ
No Result
View All Result
Inacraft News
No Result
View All Result
Home Art

Festival Tridaya Mandala Borobudur 2025: Pariwisata Berbasis Identitas dan Budaya Lokal

Eddy Purwanto by Eddy Purwanto
June 25, 2025
in Art, Event, Travel, Vacation
0
Festival Tridaya Mandala Borobudur 2025: Pariwisata Berbasis Identitas dan Budaya Lokal
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Festival Tridaya Mandala Borobudur 2025 menjadi ajang penting bagi para pegiat pariwisata dan komunitas pemuda dari berbagai daerah untuk menyuarakan tantangan dalam pembangunan destinasi wisata nasional. Dalam sesi sarasehan bertema “Pariwisata Berbasis Identitas dan Budaya Lokal” yang digelar di Taman Lumbini, kawasan Candi Borobudur, Selasa malam (24/6), para peserta mengkritisi model pengembangan pariwisata dalam program “Bali Baru” yang dinilai kerap menyingkirkan peran serta masyarakat lokal.

Festival yang digagas oleh Manajemen Mahajava Aksata, komunitas pemuda Kecamatan Borobudur, ini mendorong model pariwisata berkelanjutan yang menempatkan identitas budaya sebagai pusat pengembangan. Selain diskusi, festival ini juga menampilkan berbagai inisiatif pemuda lokal, termasuk pengembangan batik warna alami Borobudur yang dikemas hingga ke panggung fashion show.

“Kami memberikan ruang untuk mengembangkan kesenian yang memiliki identitas lokal dan bisa dikelola secara berkelanjutan,” kata Dwias Panghegar, Humas Festival sekaligus Sekretaris Sentra Kerajinan dan Makanan Borobudur (SKMB).

Sarasehan ini mempertemukan pemuda dari 10 destinasi wisata prioritas nasional, dengan pembicara dari berbagai kawasan dalam skema “Bali Baru”, antara lain:

• Masro Delima Silalahi, anggota Dewan Ruang Inisiatif Toba

• Amri Nuryadin, Direktur Eksekutif Daerah WALHI NTB

• Gregorius Afioma, Pendiri Flores Documentary Network

• Wayan Sumahardika, Inisiator Bali Performing Arts Meeting

• Aquino Hayunta, Moderator

Para narasumber mengungkapkan bahwa pembangunan masif di kawasan wisata seringkali berdampak negatif terhadap lingkungan, masyarakat adat, serta warisan budaya.

Masro Delima mencontohkan pengalaman di Danau Toba, di mana alih fungsi lahan dan konflik agraria terjadi akibat proyek infrastruktur pariwisata. “Alih fungsi lahan dan konflik tanah justru memicu ketegangan sosial dan menggerus kearifan lokal warga Toba,” ujarnya.

Senada, Amri Nuryadin dari Lombok menyebut program “Bali Baru” sebagai pendekatan yang menyeragamkan pariwisata nasional tanpa mempertimbangkan kekhasan budaya tiap daerah. “Konsep wisata satu pola, satu proyek ini menguntungkan investor dan mengabaikan pendekatan berbasis masyarakat. Itu jadi keresahan kami,” tegasnya.

Dari sisi lokal, Dwias Panghegar mengangkat permasalahan sosial yang muncul di Borobudur sejak kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Ia menyebut hadirnya Kampung Seni menimbulkan ketimpangan akses bagi pedagang kaki lima korban penggusuran. “Candi Borobudur tidak akan jadi tanpa kerukunan. Itu nilai yang ditanamkan para leluhur dan harus dijaga,” tandasnya.

Sarasehan ditutup dengan seruan bersama agar pembangunan destinasi wisata mengedepankan prinsip keadilan sosial dan pelestarian budaya. Forum ini diharapkan melahirkan solusi konkret untuk mengembalikan arah pembangunan pariwisata ke jalur yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Tags: asephiborobudurinacraft
Previous Post

Serunya Liburan Sekolah di Grand Dafam Braga Bandung

Next Post

Pencernaan Tetap Sehat Usai Santap Sajian Berlemak

Next Post
Bos Sido Muncul Borong Saham SIDO Senilai Rp520,7 Juta

Pencernaan Tetap Sehat Usai Santap Sajian Berlemak

Please login to join discussion

E-Magazine Inacraft News

Warta Inacraft

INACRAFT NEWS

INACRAFT NEWS diterbitkan oleh Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (BPP ASEPHI)

Jl. Wijaya I No.3A, – Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12170
Phone: (62 21) 725 2032, 725 2033, 725 2063
Fax.: (62 21) 725 2062
Email: redaksi@inacraftnews.com

Redaksi

  • Inacraft News
  • Editor’s Note
  • Redaksi
  • Info Iklan

Network

  • ASEPHI
  • Inacraft Award
  • Inacraft
  • Inacraft News
  • Editor’s Note
  • Redaksi
  • Info Iklan

Inacraft News © 2023 ASEPHI - by Kolabo

No Result
View All Result
  • Home
  • Cover Story
  • Focus ASEPHI
  • Product
  • SMEs
  • Design
  • Art
  • Inspiration
  • e-Magazine
  • Warta Inacraft
  • More …
    • Figure
    • Celebrity
    • Travel
    • Fashion
    • Regional Report
    • Tech Craft
    • Finance & Banking
    • Business
    • Vacation
    • CSR
    • Review
    • Event
    • Agenda Asephi
    • How to Do
    • QUIZ

Inacraft News © 2023 ASEPHI - by Kolabo