Jakarta, 21 Oktober 2019 – Seniman kali ini berada di daris depan dalam menghadapi berbagai tantangan dimasyarakat, dan karya mereka berfungsi sebagai sebuah cara meningkatkan kesadaran bersama tentang permasalahan yang ada serta mendukung upaya koloboratif untuk mencari ssolusi dimasa depan. Tantangan-tantangan yang paling menonjol barang kali termasuk – tetapi tidak terbatas pada – krisis energy, ancaman ekologis, perubahan iklim dan revolusi teknologi saing bernama industry 4.0 Berbagai upaya dari beragam disiplin telah dilakukan untuk menanggulangi permasalahan ini. Salah satu solusinya adalah gagasan tentang antroposentrisme (ide bahwa semua hal berpusat pada manusia) yang selama in I bertahan sudah tidak lagi valid.
Untuk curator permpuan, masing-masing dengan keahlian dan spesialisasinya sendiri – manager seni, seniman, penulis, dan peneliti – diundang untuk menghadirkan pameran Five Passages to the Future guna mengekspos aspek teknologiterbaru dalam seni media baru dan peranannya di masyarakat kita. Pameran ini juga bertujuan untuk mempromosikan praktik kuratorial dari curator perempuan diskema seni media baru di Indonesia. Bekerja erat dengan setiap seniman, setiap curator mengajukan lima pendekatan muktahir di isu-isu ekopolitik, keberlangsungan, kecerdasan buatan (AI), naratif digital, dan teknologi pakai, dan setiap pasang curator – seniman telah berkolaborasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan fundamental berikut :
- Jika manusia dan alam adalah komponen yang setara dalam masyarakat, bagaimana mereka bisa hidup berdampingan ? (Evelyn Huang X Digital Nativ)
- Bagaiman kita bisa mencapai kehidupan yang berkelanjutan di bumi? (Irene Agrivine X Eva Bubla)
- Ada peran manusia di era kecerdasan buatan? (Jeong Ok Jeong X Eun Woo)
- Bagaimana realitas virtual sebagai media baru mengubah persepsi manusia? (Nin Djani X Shezad Dawood)
- Perubahan social seperti apa yang bisa kita antisipasi saat mode bertemu dengan teknologi? (Ratna Djuwita X Synflux)
Five Passages to the Future juga menampilkan eksplorasi yang luas dari lima praktis dalam seni media baru yang berpartisipasi di program inkubasi XPLORE: NEW media Art Incubation, sebuah inisiatif pendidikan yang di gagas oleh ARCOLABS dan HONF dan dilaksanakan pada 2018 dan 2019, Untuk pameran ini, para seniman mendiskusikan ekologi dan data sebagai tema-tema utama, bagaimana kita bisa menjadi lebih mawas mengenai perubahan ekologis menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan memahami esensi data sebagai acuan tintakan untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Lewat interpretasi dan elaborasi data dari lingkungan sekitar, para seniman menyuguhkan bagaimana upaya kreatif dari seni media baru mampu berkontribusi dalam kehidupan kita.
Melalui kerja kolaborasi dari berbagai individu, tema, dan disiplin, pameran ini mencoba memperhatikan bagaimana kehidupan manusia menjadi lebih bermakna ketika membangun hubungan dengan berbagai entitas – alam, dan teknologi, dalam jalinan simbiotik. Sekarang, mari kita arungi bersama lima laju ini menyongsong masa depan. ( Iko Muhyidin )