Vintage dalam penerapan arsitektur masa kini bukan berati harus menggunakan bahan, material, maupun furnitur yang sudah berumur ratusan tahun, melainkan menciptakan kreasi untuk menampilkan nuansa tempo dulu ke dalam ruangan dengan material yang modern.
Biasanya, arsitektur bergaya vintage mengambil nuansa arsitektur tempo dulu, namun tidak menghilangkan nuansa arsitektur modern yang rapi, bersih, dan penggunaan teknologi. Arsitektur vintage lebih mengarah ke gaya-gaya arsitektur klaisk di tahun 1920 sampai 1970an. Salah satu barang dalam desain interior yang kerap mendapatkan label vintage adalah barang furnitur.
Istilah vintage furnitur, biasanya merujuk kepada furnitur dengan model dan tampilan yang sedikit usang. Namun keusangan tersebut, justru memunculkan nilai estetikanya. Bahkan, karena bentuk dan tampilannya yang sudah kuno inilah yang menjadikan banyak orang menyukai vintage furnitur.
Penggunaan konsep vintage dalam ruangan akan menciptakan suasana hangat, natural, dan nyaman. Konsep vintage, juga menimbulkan kesan kemerahan pada sebagian besar desainnya. Warna kemerahan tersebut, dapat dimunculkan dengan pengaturan lighting pada ruangannya.
Selain itu, warna alam seperti coklat dan warna natural juga dapat dipilih sebagai warna yang dominan. Penggunaan bahan material dari alam seperti kayu dan batu alam yang di ekspose, dapat diaplikasikan pada interior ruangan agar lebih menonjolkan kesan vintage.
Untuk memunculkan penerapan konsep vintage, dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, dengan memakai pelapis dinding (wallpaper) bermotif lengkung, misalnya sulur bunga, abstrak, atau mirip pohon. Kedua, menggunakan penutup lantai seperti teraso atau lantai kayu yang sangat cocok untuk memunculkan kesan nuansa tempo dulu. Ketiga, pilih penutup sofa dan bantal sofa yang bermotif vintage. Keempat, tambahkan pernik barang tempo dulu yang sesuai, misalnya telepon kuno, pajangan foto dari bahan kayu, atau satu set teko koleksi leluhur.
Aplikasi Vintage di Elemen Ruangan
Aplikasi konsep vintage pada dinding dapat menampilkan dinding polos finishing cat, ornamen mural, tekstur kasar (unfinished), keramik mosaik, panel kayu, dinding cermin, dinding dilapisi wallpaper dengan motif floral, fauna, abstrak, polos, motif alami.
Selanjunya, untuk perabotan dipilih perabotan untuk melengkapi ruangan dengan tampilan unfinished (ekspose batu bata, plester semen, kayu bekas), pengolahan kembali material bekas sebagai bahan dasar perabot, perabot dengan ornamen lengkung yang tampilannya sederhana, perabot sofa dengan menambahkan detail pola jahit kancing.
Untuk pintu dan jendela digunakan kaca dengan susunan kusen dari material kayu atau metal (stainless steel, aluminium, besi, dan sebagainya) dengan pola geometris. Selanjutnya, aplikasi vintage perlu dilengkapi dengan lampu gantung, lampu dinding, pajangan, pigura, papan tulis, hiasan keramik, jam dinding, bantal dan buku, dan lain-lain.
Furnitur yang berasal dari masa lampau memang memiliki kekuatan tersendiri. Namun, memadukannya dengan berbagai gaya desain bisa menghasilkan sebuah desain interior vintage yang menarik. Akan lebih menarik lagi jika ruangan dilengkapi dengan perabotan funitur yang berkualitas. (Ahmad Jauhari)