Pameran yang memperlihatkan benda-benda sebagai saksi peradaban bangsa Indonesia digelar pada tanggal 28 November- 10 Desember 2023, menyuguhkan pengetahuan yang terkandung di dalamnya: bagaimana riwayat benda, konteks historis keberadaannya, dan kisahnya “tersandera” di negeri penjajah selama ratusan tahun.
Keberadaan benda tersebut di Indonesia juga mengalami pertukaran makna: semasa di Belanda koleksi tersebut dipasang sebagai wujud kedigdayaan dominasi bangsa Belanda atas jajahannya, sementara di Indonesia koleksi tersebut memberikan bantuan kepada kita untuk memahami peradaban bangsa Indonesia di masa lalu. Benda-benda tersebut, diantaranya arca zaman Singosari, perhiasan, senjata dan peralatan makan, dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jl Medan Merdeka Timur No 14, Jakarta.
Menurut Bonnie Triyana, Pembicaraan mengenai repatriasi artefak dari Belanda ke Indonesia mulai semakin intensif pada akhir 2020. Saat pemerintah Belanda membentuk komisi advis yang dipimpin oleh advokat terkemuka Lilian Goncalvez Ho Kang You. Pembentukan komisi itu disambut pula dengan pembentukan Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim pada Februari 2021. I Gusti Agung Wesaka Puja ditunjuk sebagai ketua, dibantu oleh seorang sekretaris dan diperkuat oleh tujuh anggota pakar.
“Selama hampir dua tahun dua komisi melakukan pembicaraan mengenai repatriasi benda bersejarah yang tersimpan di beberapa museum di Belanda. Dari sejumlah diskusi yang terjadi disepakati bahwa pengembalian benda bersejarah ini tidak hendak memulangkan begitu saja dari museum di Belanda ke Indonesia”,tegas Bonnie Triyana, kurator pameran yang juga salah satu anggota Tim Repatriasi.
Ada banyak pihak yang terlibat dalam proses repatriasi, pengembalian benda bersejarah, ini. Terima kasih ditujukan kepada Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Plt. Kepala BLU Museum dan Cagar Budaya Ahmad Mahendra, Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda, staf Museum Nasional Indonesia dan Galeri Nasional Indonesia, serta masyarakat, khususnya Bali dan Lombok yang telah merestui penyelenggaraan pameran atas koleksi yang berasal dari daerahnya. (Agung Frigidanto)