Potensi wisata budaya di Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan dikembangkan menjadi wisata alternatif di kawasan utara yang diharapkan mampu mempercepat pengentasan kemiskinan di wilayah tersebut.
PT Astra International Tbk melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) membentuk Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, menjadi salah satu sentra industri batik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Melalui pembinaan yang berkelanjutan, YPA-MDR ingin menjadikan Gedangsari sebagi obyek wisata budaya di daerah Yogyakarta.
Sebagaimana diketahui, Kecamatan Gedangsari merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul yang memiliki 7 desa, yakni Desa Ngalang, Desa Hargomulyo, Desa Mertelu, Desa Tegalrejo, Desa Watugajah, Desa Sampang dan Desa Serut. Dan Gedangsari memiliki 67 dusun, yang tersebar di beberapa desa.
Melihat kondisi geografisnya Kecamatan Gedangsari yang terletak di Kabupaten Gunungkidul di bagian utara, sering dikategorikan dalam desa pra sejahtera, karena lokasinya di area pegunungan yang bepasir dan berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Untuk itulah, YPA-MDR hadir di daerah tersebut guna membantu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya.
Secara demografis, jumlah penduduknya di tahun 2016 sebesar 38,995. Pada tahun 2012 dicatat bahwa 29.26% penduduknya masih masuk dalam kategori miskin. Sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani, disamping itu juga bekerja pada bidang lainnya seperti tukang kayu, tukang batu, buruh, pedagang, peternak, pekerja swasta dan ada pula yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS).
Peran YPA-MDR di Gedangsari
Gedangsari memiliki potensi besar untuk memajukan daerahnya. Potensi yang ada yakni potensi wisata, produk makanan olehan/ kuliner, Seni Batik, Seni Budaya, Seni Kerajinan dan Homestay ini bila ditekuni maka memungkinkan untuk membentuk Gedangsari yang sejahtera dan makmur.
Khusus terkait kontribusi Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim (YPA-MDR) dalam bidang Pendidikan, YPA terfokus di desa Tegalrejo dimana kehadiran Astra sejak tahun 2006 membina 8 sekolah yang terdiri dari SDN Candi, SDN Tengklik, SDN Prengguk 1, SDN Prengguk 2, SDN Gupit, SDN Tegalrejo, SMPN 2 Gedangsari dan SMKN 2 Gedangsari.
Kristianto, Sekretaris YPA-MDR mengatakan, konsep pembinaan Sekolah BInaan Astra meliputi empat Pilar, yaitu Akademik, Karakter, Kecakapan Hidup dan Seni Budaya. “Melalui pembinaan empat pilar ini, Astra membentuk sekolah binaan yang di desa Tegalrejo mencapai Sekolah Swapraja (mandiri) menuju Sekolah Unggul,” ujarnya.
Menurut Kristianto, pencapaian Sekolah Unggul ini bisa dicapai melalui konsep sinergitas stakeholder antara Dinas Pendidikan setempat dan perangkatnya, Komite Sekolah (masyarakat), Elemen Pendidikan Sekolah, dan lain-lain.
“Melalui pendidikan Astra mendorong masyarakat, dalam hal ini Komite Sekolah dan Paguyubannya, mewujudkan sekolah yang mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan. Hal ini sesuai dengan konsep Astra, “SEKOLAH ESKALATOR”,” ujar Kristianto.
Salah satu sekolah binaaan YPA-MDR yang terbilang sukses adalah SMKN 2 Gedangsari, Gunungkidul. Berbagai karya motif batik mampu dimunculkan siswa SMKN 2 binaan Astra secara mandiri seperti motif Campursari Gedangsari, Line Srikaya, Mix Bamboes Sweet, Gedang Belukar, Ratu Gedangsari, serta Pring Seling Srikoyo.
“Kami berharap, setelah lulus para siswa dapat menjadi pengusaha, menjadi praktisi fesyen yang dapat memberikan konstribusi besar bagi daerahnya,” ucap Suminta Spd, wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 2 Gedangsari.
SMKN 2 Gedangsari berlokasi di Kelurahan Tegalrejo yang penduduknya mayoritas merupakan perajin batik. Sugiman, Lurah Tegalrejo mengatakan, hamper 80% masyarakat di Kelurahan Tegalrejo adalah perajin batik. “Tapi ada juga yang bekerja di bidang lain, seperti perajin bambu dan kuliner,” paparnya.
Menurut Sugiman, Tegalrejo sangat banyak memiliki potensi unggulan lokal, diantaranya kerajinan, batik, seni budaya dan destinasi wisata serta hasil kebun buah seperti srikaya, pisang, dan ingin membentuk wilayah berkonsep desa wisata budaya.
Guna mewujudkan desa wisata budaya di daerah Gedangsari, YPA-MDR akan mengadakan kegiatan festival dengan tema “PESONA GEDANGSARI” pada tanggal 30 Agustus 2017 di SMKN 2 Gedangsari. Acara tersebut akan dihadiri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan pejabat pemerintah terkait.
Untuk memeriahkan acara Pesona Gedangsari, YPA-MDR menggandeng desainer nasional, Lia Mustafa untuk memeragakan beberapa karyanya. “Nanti kita akan menggelar fashion show di acara Pesona Gedangsari. Dan konsep fashion show-nya, Fashion In The Forest,” ungkap Lia.
Sebagai informasi, YPA-MDR sendiri mulai bergerak di Yogyakarta sejak tahun 2007 lalu, dan hingga kini telah memiliki 13 sekolah binaan terdiri dari 9 SD, 2 SMP dan 2 SMK. Total ada 2886 siswa binaan serta 186 guru binaan yang mengembangkan potensi daerah masing-masing.
Wisata Alam Gedangsari
Baru–baru ini telah hadir obyek wisata di daerah Gedangsari, namanya Green Village Gedangsari. Obyek wisata tersebut diresmikan pada tahun 2015 lalu, dan pembangunannya sendiri menghabisakan total dana sekitar Rp 2 miliar dengan bantuan dana dari PNPM MP3KI.
Berdiri di puncak Gedangsari, Green Village Gedangsari terletak di perbatasan antara Gunung Kidul dan Klaten, pengunjung bisa melihat kota Klaten dari sini. Keindahan panorama yang tersaji memang begitu memanjakan mata, terutama saat sore hari dan malam hari. Di sore hari pengunjung bisa melihat dan berfoto dengan background sunset yang cantik.
Suwardi, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Green Village Gedangsari menjelaskan, tempat yang menawarkan kindahan pemandangan alam mulai dari bukit, pegunungan hingga dataran kota Jogja. “Pengunjung dapat menikmati barisan gunung seribu yang identik dengan Gunungkidul sekaligus menikmati kota di bawahnya,” imbuhnya.
Objek wisata Green Village Gedangsari yang ada di Gunungkidul Yogyakarta ini tidak memberlakukan tiket masuk alias gratis. “Pengunjung tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun ketika ingin masuk ke tempat wisata ini. Melainkan sebagai gantinya, hanya akan dikenakan biaya parkir kendaraan saja sebesar Rp2.000 untuk parkir motor dan Rp5.000 untuk parkir mobil,” terang Suwardi.
Tapi, lanjutnya, bila pengunjung ingin merasakan sensasi flying fox Green Village Gedangsari yang konon terpanjang se-Asia Tenggara, harus mengeluarkan uang sebesar Rp100 ribu. Suwardi menjamin, pengunjung akan merasakan sensasi yang amat luar biasa. “Selain menyajikan panorama alam yang begitu apik, pengunjung juga bisa merasakan terbang sepanjang 625 meter,” akunya.