Indonesia dengan penduduk mayoritas beragama Islam menjadi pangsa pasar busana muslim yang sangat besar. Berdasarkan data Thomson Reuters dalam ”State of The Global Islamic Economy 2015/2016”, menyebutkan Indonesia menjadi pasar konsumsi pakaian muslim terbesar ke-5 di dunia setelah Turki, Uni Emirat Arab, Nigeria, dan Arab Saudi.
Melihat potensi pasar yang sangat besar tersebut, pemerintah mencanangkan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim tingkat Asia pada tahun 2018 dan tingkat dunia tahun 2020. Sejak target tersebut dicetuskan pada 2010, perkembangan industri fesyen muslim di tanah air terus berkembang pesat.
Namun, upaya untuk mewujudkan Indonesia menjadi pusat fesyen dunia tahun 2020 bukan hal yang mudah dilakukan. Langkah penting yang memberikan semangat dan motivasi terwujudnya harapan bersama adalah kehadiran Indonesian Fashion Chamber (IFC) bersama Dyandra Promosindo yang menggandeng HijabersMom Community dan Hijabers Community menyelenggarakan Muslim Fashion Festival (MUFFEST) Indonesia. Pada gelaran yang diselanggarakan IFC bersama Dyandra Promosindo pada tanggal 1-4 Mei 2019 lalu di JCC semakin memantapkan Indonesia sebagai kiblat fasyen muslim dunia.
Ali Charisma selaku National Chairman IFC mengatakan, MUFFEST 2019 digelar dengan peningkatan kualitas produk fasyen muslim Indonesia agar memiliki daya saing tinggi, salah satunya dengan konsep sustainable fashion. Sebagai perhelatan fasyen muslim yang berkelanjutan, MUFFEST diharapkan dapat menjadi tolak ukur perkembangan fasyen muslim dan mengantarkan Indonesia sebagai pusat inspirasi dan belanja fasyen muslim dunia.
Potensi Industri dan Pasar Besar
Dukungan dan dorongan Kementerian Perindustrian sangat besar dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai pusat fesyen dunia tahun 2020. Menurut Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, Kementerian Perindutrian terus berupaya mewujudkan Indonesia menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia. Berbagai kegiatan digelar Kementerian Perindustrian, salah satunya adalah Talkshow yang dilaksanakan bersamaan dengan pameran Inacraft 2019 di JCC, beberapa waktu lalu.
Talkshow bertajuk “Melangkah Menuju Pusat Fesyen Muslim Dunia” tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Talkshow ini sebagai salah satu wujud komitmen Kementerian Perindustrian untuk mengawal Indonesia menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia.
Berbagai kegiatan secara masif dilakukan oleh Kementerian Perindustrian untuk mengembangkan industri fesyen muslim di tanah air. “Berdasarkan The Global Economic Islamic Report 2018/2019, Indonesia berada pada urutan kedua sebagai negara yang melakukan pengembangan fesyen muslim di dunia setelah Uni Emirat Arab. Hal ini merupaka prestasi yang sangat membanggakan,” tegas Gati Wibawaningsih.
Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, tentunya Indonesia memiliki potensi industri dan pasar yang besar. Kehadiran start up, desainer, dan komunitas fesyen muslim yang kreatif dan inovatif yang didukung oleh pemerintah dan pembinaan oleh akademisi menjadi kekuatan untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu pusat fesyen di dunia.
Talkshow “Melangkah Menuju Pusat Fesyen Muslim Dunia” menghadirkan narasumber yang mewakili berbagai stakeholder di bidang fesyen muslim, yaitu pemerintah, akademisi, desainer, komunitas dan marketplace. Para narasumber tersebut adalah Dirjen IKMA Kemenperin Gati Wibawaningsih, Founder Islamic Fashion Institute Irna Mutiara, Desainer Rosie Rahmadi, Ketua Hijabers Community Bogor Sri Bintang serta Head Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo.
Melihat kemeriahan dan semangat banyak pihak untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat fesyen muslim dunia bukan tidak mungkin harapan bersama ini akan terwujud di tahun 2020. Gati Wibawaningsih menjelaskan bahwa potensi industri fasyen muslim sangat bagus ditambah jumlah penduduk muslim terbesar menjadi pasar yang sangat menjanjikan. “Kami bertekad Indonesia menjadi pusat fesyen muslim dunia pada 2020,” tegas Gati Wibawaningsih.
Untuk mendorong kemajuan industri fesyen muslim yang berkualitas, Kementerian Perindustrian mendorong peningkatan kemampuan dan kompetensi pelaku usaha dengan memberikan pelatihan, bantuan peralatan, pengembangan teknologi dan bantuan permesinan dan peralatan. Diharapkan pengembangan industri fasyen muslim dapat mempertemukan pelaku usaha perajin dan desainer. Para desainer yang mengetahui perkembangan tren pasar dapat memberikan order produksi kepada para pelaku usaha perajin.
Menurut Irna Mutiara dari Islamic Fashion Institute, Kementerian Perindustrian telah memberikan dukungan yang besar dalam mewujudkan Indonesia menjadi kiblat busana muslim dunia. Dukungan diberikan agar para pelaku usaha dapat meningkatkan kualitas produknya sesuai dengan standar kualitas internasional.
Sementara itu, Rosie Rahmadi sebagai desainer melihat tren pasar yang menyukai produk fesyen yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, dalam membuat produk fesyen muslim juga harus didasarkan pada konsep, tema, dan sketsa yang jelas. “Kita oke menjalankan bisnis tapi hendaknya tidak merusak lingkungan,” tegas Rosie Rahmadi.
Tren produk fesyen muslim salah satunya diperoleh dari komunitas hijaber. Menurut Sri Bintang, para komunitas hijaber secara rutin mengadakan pertemuan, talkshow, bazar dan seminar untuk mendukung agar mereka berpenampilan lebih baik.
Selanjutkan Radityo Triatmojo mengungkap, potensi pasar yang sangat besar terhadap produk fesyen muslim yang dipasarkan melalui marketplace. Indonesia merupakan pasar online yang sangat besar mencapai 74 juta pembeli. Sekitar 68 persen diantaranya adalah kelompok usia produktif dan kelas menengah.
Potensi pasar produk fesyen muslim sangat besar karena permintaan pembeliannya bukan hanya dari masyarakat Indonesia, tetapi juga dari konsumen Malaysia, Singapura, Brunei dan lainnya. Menurut Gati Wibawaningsih, potensi pasar produk fesyen muslim yang sangat besar terlihat dari indikasi penjualannya yang mengalami peningkatan tujuh kali lipat dalam kurun dua tahun terakhir. (Ahmad Jauhari)