Kecantikan songket dan tenun Padang tak kalah apik dengan kain adati lainnya. Dengan pengolahan model yang pas, kain ini pun bisa menawan saat digunakan. Salah satu yang setia menggarap kain khas Minang ini, adalah Henni Adli.
Desainer asal Minangkabau ini, sudah berkecimpung mengolah songket dan tenun Padang menjadi pakaian yang indah selama 20 tahun. “Keindahan songket dan tenun Padang terletak pada motifnya serta tekstur kain yang sangat halus karena proses pembuatan dilakukan secara manual,” tutur Henni.
Wanita lulusan sarjana Tata Busana Universitas Negeri Padang (UNP) ini mengatakan, semua bahan desain pakaian yang dibuatnya berasal dari bahan tenun songket, sulam tangan, sulam bordir karancang. “Alhamdulillah, karya seni kami sudah dikolesi oleh ibu Negara seluruh dunia,” ujar Henni.
Henni, saapan akrabnya, mempunyai prinsip dalam menjalani sebuah usaha harus dilakukan dengan sungguh-sunguh, tidak separoh hati. Dan ketika mencoba mengangkat tenunan Kubang Payakumbuh, Henni langsung menjadi leadership bagi perajin-perajin tenun di daerah tersebut.
Berkat “tangan dinginnya”, Henni berhasil mengangkat kembali tenun Kubang Payakumbuh yang ketika itu boleh dibilang mati suri. Bahkan, ia berhasil mempromosikan dan melobi Pemda untuk memakai produknya dan dijadikan seragam atlet Sumatera Barat (Sumbar).
Untuk mempertahankan mutu dan kualitas, Henni tetap menjalani satu produk kerajinan dengan gencar melakukan promosi-promosi dan mengikuti berbagai event pameran nasional maupun internasional.
Pada event-event nasional, Henni berhasil mempromosikan karyanya sampai ke Medan, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Sementara pada event internasional, mulai dari event di Malaysia, Singapura, Eropa, Jerman, Cape Toun di Afrika Selatan, Colombia, Cili, Sao Paulo di Brazil dan Amerika Latin. Berkat kerja keras dan dukungan semua pihak, Henni berhasil memperomosikan karyanya ke dunia internasional.
Keberhasilan Henni Adli sebagai seorang desainer, sampai juga ke telinga Walikota Sawah Lunto, kota kelahiran Henni, yang ketika itu dijabat oleh Walikota Subari Sukardi. Henni diminta untuk membina para pengrajin tenunan Silungkang. Ketika itu, Silungkang masih bergabung dengan Kota Sawah Lunto. Henni diminta membina para pengrajin tenunan Silungkang yang boleh dibilang sembilan puluh persen, tidur alias mati suri. Berkat dukungan Walikota Sawah Lunto dan masyarakat setempat, Henni Adli Bordir berhasil membawa tenunan Silungkang ke tingkat nasional.
Selain tenunan Silungkang, Henni juga membina para perajin dari Pandai Sikek. Para perajin ini, mendapat pembinaan dari Henni Adli dengan memberikan motif Pandai Sikek yang sudah dimodifikasi dan disesuaikan dengan mode dan selera pasar.
Kini hasil karya Henni Adli sudah dinikmati berbagai kalangan profesional, para selebritis terkenal tanah air bahkan pejabat negara seluruh dunia. Setiap kali ada acara kenegaraan, Henni Adli Bordir selalu mendapat pesanan untuk busana bagi tamu-tamu negara istana, termasuk busana untuk para kepala negara, dan presiden dari berbagai negara yang berkunjung ke Indonesia. (Achmad Ichsan)