Melalui pemikiran tentang bentuk, yang secara arkeologis, sudah kita kenal sehari-hari. Pameran lukisan ini menyatukan bagaimana bentuk-bentuk arkeologis dipakai dalam lukisan, dalam pemandangan, merupakan kesatuan bentuk, yang menyatu dalam ruang terbuka. Alam yang kita kenal ini. Bulatan atau lingkaran kita jumpai pada pohon yang selalu diukur dengan garis lingkar batangnya, ketika mempersepsikan ukuran pohon tersebut.
Refleksi bentuk, bulat,segitiga dan kotak menjadi dasar berpikir, secara langsung atau tidak langsung ketika kita membuat konsep suatu karya seni atau karya literatur. Bahwa pemakaian bentuk selalu terjadi dalam melukis. Terlihat ketika kita melukis gunung, bentuk segitiga menjadi dominan. Sedangkan ketika membuat lingkaran dalam terbentuklah bulatan. Kesengajaan atau ketidaksengajaan bentuk itu menjadi sesuatu yang terlukis di atas kanvas atau kertas.
Bentuk tunggal dan bentuk jamak? Proses melihat bentuk didasarkan pada pola geometri yang dirancang sedemikian dalam analisis visual. Sehingga terlihat bagaimana pemakaian bentuk itu dalam lanskap (pemandangan alam atau pemandangan kota) berbagai bentuk dapat kita jumpai. Penyatuan bentuk hingga membentuk kesatuan yang lebih besar maka dimaknai sebagai bentuk jamak,susunan besar yang tersusun dari bentuk tunggal. Sedangkan bentuk tunggal adalah bentuk itu terlihat bentuk utuh sesuai dengan bentuk aslinya.
Meskipun tersusun dari bentuk-bentuk yang sama akan menghasilkan bentuk asli. Seperti kotak yang tersusun dari kotak-kotak, lingkaran atau bulatan yang tersusun dari beberapa bulatan akan menghasilkan bulatan. Hal ini menjadikan bentuk tunggal yang terlihat maka ketunggalan bentuk masih dapat dilihat dalam wujud semesta bentuk. Wujud awal menentukan bagaimana semesta bentuk menjadi bentukan selanjutnya.
Kembali pada bentuk-bentuk arkeologi, pada pameran ini bentuk menjadi pengamatan yang intens, karena mempunyai kaitan arkeologis. Terutama pada tuntutan bentuk lingkaran dan segitiga, abstraksi yang biasa terdapat dalam lukisan. Lenny Ratnasari Weichert, Michal Avrech dan Tondi Hasibuan, ketiga seniman ini menunjukan pola dalam bentuk-bentuk arkeologis dalam karyanya. Meskipun abstraksi terlihat pada Tondi Hasibuan pada karya dengan tema pemandangannya, mempunyai kecenderungan bahwa bentuk segitiga mereka tampilkan. Sedangkan Lenny menampilkan lingkaran warna-warni dengan frontal.
Sedangkan Michal Avrech menempatkan lukisan pemandangan pegunungan (baik dataran rendah, tinggi dan landai menyertai dalam lukisannya) memuat kecenderungan archaeologis position yang sesungguhnya. Ketiganya mengungkap dasar archaeologis dalam karyanya dengan bentukan yang kita kenal.
Pameran “Archaeological Forms” sebagai tema pameran ini mengungkap kedalaman apa yang disajikan dalam karya mereka secara mendasar. Jelas, refleksi pemikiran bentuk sangat kental”, ungkap Frigidanto Agung, kurator pameran dalam wawancara sebelum pembukaan.**