Perjalanan bukan hanya selalu membicarakan tentang perpindahan tempat secara fisik. Perpindahan erat dengan kegiatan mengingat-ingat secara rinci sejak awal kejadian hingga seluruh memori dapat memadu padankan suatu tindakan, peristiwa atau kejadian dari awal hingga akhir. Pemikiran tentang gerak perpindahan memori secara detail inilah yang ditangkap dalam rentetan kolase di tempat pameran: Artotel Gajah Mada, Semarang, waktu pelaksanaan: 15 Desember 2023 hingga 3 Maret 2024.
Melalui pameran duo seniman, Eunice Nuh Tantero dan Karin Josephine, menangkap nafas yang kontemplatif serta reflektif. Karya mereka juga sarat dengan elemen yang dapat ditemui sebuah perjalanan dalam kehidupan nyata. Dari berbicara tentang proses, waktu, rasa, mimpi, ingatan hingga keberadaan diri. Secara teknis, keduanya ‘bermain’ dengan teknik kolase, yang menggabungkan berbagai medium untuk menyampaikan pesannya.
Pada karya Eunice Nuh Tantero, secara tema karya, ia ingin menceritakan tentang penggalan proses, dari sebuah keinginan, angan dan rencana yang dibangun. Hal ini disampaikannya secara berurutan, seperti membaca sebuah buku. Secara tehnik Mempunyai kecenderungan memadupadankan potongan karya hasil buatan tangannya sendiri, baik berbentuk tulisan atau potongan visual. Dengan eksplorasinya pada beragam kertas (dari dilukis, digambar, dilipat, dipotong, dicelup hingga dibakar), material ini seperti ingin menggambarkan mentalitas yang perlu dimiliki saat kita menempuh sebuah perjalanan.
Sedangkan karya Karin Josephine menggunakan berbagai material: mulai dari untaian benang, serat , dan bermacam kertas (lembaran buku tua, potongan foto lama dan sisa kertas dari mana-mana). Potongan material ini dipadupadan, menjadi sebuah komposisi karya dan seperti diperkuat dengan teknik jahit. Benang – benang yang ada memberikan gambaran seperti aliran waktu serta ritme kehidupan. Tema secara utuh, mengungkap fragmen ingatan, pengalaman dan perjalanannya. Baik maupun buruk, semuanya telah membuat dirinya sampai di posisinya sekarang ini.
Menurut Eunice Nuh Tantero, teknik kolase ini sendiri, menghadirkan komposisi potongan – potongan sehingga menjadi sebuah karya. Sama seperti sebuah perjalanan, yang terdiri dari kumpulan potongan kejadian sederhana namun penting untuk diingat, dicermati dan diperhatikan secara detail. Melalui pengalaman dari sebuah perjalanan, menjadikan pikiran lebih berkembang, maju, bahkan menjadi manusia baru, hingga dapat melakukan hal-hal yang lebih ‘besar’.
“Perjalanan bukan hanya sekedar mencapai tujuan, namun perlu dipahami prosesnya, sehingga secara keseluruhan agar perjalanan dapat dimaknai. Prosesnya bukan hanya secara lahiriah (raga), namun juga secara rohaniah (jiwa),” pungkas Eunice,
Tetapi sebagai kehendak untuk menjalani estetika hidup semua perlu berhenti pada titik-titik tertentu agar dapat mengevaluasi diri, arah tujuan, dan mengambil pelajaran yang bisa diambil.* (Frigidanto Agung)