Pada dasarnya usaha manusia dengan totalitasnya akan membuat harapan tumbuh subur. Kebijakan yang diusahakan ternyata akan menghadirkan nilai-nilai yang menentukan. Harapan memberi peluang tata nilai berkelanjutan. Semua yang tertanam dalam batin sebagai harapan, menanti wujudnya, hanya usaha yang memberi bentuk akan menuai wujud, itu terjadi ketika harapan masih tertanam.
Layaknya keinginan membentuk suatu kawasan dengan latar kerja seni budaya yang sedang kami kerjakan, pameran Paradocs, sebagai basis untuk pergerakan seni yang akan menghidupkan nilai-nilai seni, kota Jakarta, secara tematik. Memberi peluang untuk menghidupkan dasar seni yang diperjuangkan seniman. Baik itu seni lukis, mural atau seni patung dan lainnya, memberi energi kreatif untuk bergerak maju menghadapi tantangan zaman.
Menurut Anna Sungkar, kurator pameran, suatu pameran yang khas Jakarta, harusnya seniman dapat merekam apa yang terjadi di kotanya, sehingga karya seni yang tercipta mempunyai daging dan darah yang khas dengan karakteristik permasalahan dan pergulatan di kotanya, dalam hal ini kota Jakarta dan sekitarnya.
“Mungkin tidak banyaknya karya seni yang khas Jakarta karena lukisan membutuhkan waktu untuk pengendapan dan refleksi”,ungkap Anna Sungkar.
Melalui basis seni dan budaya tematik inilah kami membentuk nilai-nilai kehidupan untuk memperluas pemikiran dan pembelajaran dalam bidang seni, budaya dan ekonomi. Itulah wacana yang akan kami kembangkan dalam ruang-ruang yang diadaptasi, secara tempat memberi keleluasaan secara fundamental. Serta dapat mewujudkan gagasan yang telah mengendap selama sekian tahun.
Menurut Rindy Atmoko, Koordinator Seniman Peruja, perkotaan sebagai ruang hidup dengan dinamika pembangunan yang sangat responsif, mampu menyulap lahan pertanian menjadi bangunan megah. Pembangunan yang digenjot tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan manusianya.
“Pembangunan urban dengan desain yang mewah, tidak serta merta menjadi kontribusi positif bagi manusianya. Sehingga terjadi paradocs. Hal inilah yang menjadi pemantik kegelisahan para seniman. Sehingga dapat menjadi sumber inspirasi berkarya, seperti yang terlihat dalam pameran ini. ”,pungkas Rindy Atmoko.*
Pembukaan: 7 Oktober 2024, jam 16.00 wib
Pelaksanaan Pameran: 7-19 Oktober 2024
Tempat: Balai Budaya Jakarta, Jl Gereja Theresia No 47, Jakarta
Peserta Pameran: Akbar Linggaprana, Ireng Halimun, Nuryanah, Rindy Atmoko, Zamrud Setya Negara, Syakieb Sungkar, M. Solech, Tantio Adjie Arianto, RW Mulyadi, Budi Karmanto, Feriendas Munadi, Gogor Purwoko, M. Hady Santoso, Sulan Lim, Marjo Jack, Yuli Riban, Syahnagra Ismail, Nadia Iskandar, Chryshnanda Dwi Laksana, Djaroe, Antoni Comvoor, Tomy Faisal Amin, Andi Suandi, Dick Syahrir, Purwanto Seno, Ar. Soedarto, Budi PM. Tobing Agus Salim. Yani Mariani Teddy Murdianto.