Sektor pariwisata dalam negeri menyimpan banyak potensi yang belum maksimal tergarap. Sebab itu, pemerintah tengah mendorong percepatan di sektor pariwisata guna merealisasikan target 20 juta wisatawan yang diharapkan bisa tercapai pada 2020.
Dunia internasional mengakui, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan alam dan budayanya sungguh mempesona. Sudah selayaknya, kekayaan alam dan budaya yang berlimpah ruah ini, menjadi komponen penting dalam pariwisata Indonesia.
Apalagi alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, dengan 17.508 pulau dan sekitar 6.000 di antaranya tidak dihuni, serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Komposisi ini tidak dimiliki negara lain, dan menjadi daya tarik tersendiri.
Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Selain beragamnya lokasi yang bisa dijadikan tujuan wisata, Indonesia juga memiliki beragam budaya yang menjadi potensi untuk mendorong sektor pariwisata tersebut. Keragaman budaya ini, tidak dimiliki oleh negara lain di kawasan ASEAN. Seperti pantai-pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebelas provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis salah satunya adalah Bali. Dimana lebih dari 3,7 juta wisatawan yang datang ke Bali setiap harinya. Disusul, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Banten dan Sumatera Barat.
Selain itu, sekitar 59% turis berkunjung ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis. Singapura dan Malaysia merupakan dua negara dengan catatan jumlah wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia dari wilayah ASEAN. Sementara dari kawasan Asia, wisatawan Tiongkok berada diurutan pertama disusul Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan India. Sedangkan jumlah wisatawan terbanyak dari kawasan Eropa, berasal dari negara Britania Raya disusul oleh Belanda, Jerman dan Perancis.
Maraknya wisatawan yang datang ke Indonesia, membuat Kementerian Pariwisata (Kemenpar) optimistis sektor pariwisata dapat memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian nasional.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, sektor pariwisata telah menyumbangkan 10% produk domestik bruto (PDB) nasional pada 2015 lalu. Dengan nominal tertinggi di ASEAN yang disusul Thailand, Malaysia dan Filipina. “Karena itu, pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata adalah yang tertinggi, yaitu 13% dibandingkan pendapatan dari sektor industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit yang bahkan pertumbuhannya negatif,” ujarnya.
Dan pada 2020, Arief berharap pariwisata dapat memberikan kontribusi pada PDB nasional minimal sebesar 8% dengan devisa sebesar Rp240 triliun. Hasil ini di dapat, menurutnya, melalui target kunjungan wisman sebanyak 20 juta dan pergerakan wisatawan nusantara sebanyak 275 juta.
Menurut Arief, sektor pariwisata ikut menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan atau sebesar 8,4% secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Selain itu dalam penciptaan lapangan pekerjaan, sektor pariwisata tumbuh 30% dalam waktu 5 tahun.
Menteri Pariwisata mengatakan, pariwisata mempunyai potensi yang besar dengan kapital yang relatif tidak besar. Karena sudah punya alam indah, dan tempat yang beragam. “Contoh, Bali beda dengan Borobudur, beda dengan Papua, dengan Maluku. Jadi keindahan alam dari tiap-tiap tempat wisata berbeda-beda,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan (BPKK) Kemenpar, Ahman Sya mengatakan, saat ini kontribusi sektor pariwisata menempati urutan keempat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Itu berada di bawah minyak dan gas, batu bara, dan crude palm oil (CPO).
Menurutnya, potensi Indonesia di sektor pariwisata dinilai begitu besar. Indonesia memiliki 17.504 pulau dengan jarak pantai terpanjang ke dua di dunia setelah Kanada. “Tak ada negara seaneka ragam Indonesia,” ucap Ahman Sya.
Apalagi, menurut Ahman Sya, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menetapkan pariwisata dalam prioritas pembangunan nasional. Atas hal tersebut, maka pemerintah membuat program strategis untuk mendorong destinasi wisata serta pemasaran. Dan saat ini, sektor pariwisata menjadi salah satu bidang yang dibidik dalam industrialisasi oleh pemerintah.
Di pihak lain, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN ) berharap sektor pariwisata mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional hingga di atas 10%. KEIN pun mengusulkan empat poin dalam roadmap industri pariwisata. Usulan ini diharapkan dapat menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Terkait itu, Kelompok Kerja (Pokja) Pariwisata KEIN bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata tengah menyusun Roadmap Industrialisasi Sektor Pariwisata dan Anggaran Belanja untuk Pariwisata.
Dalam rapat kordinasi nasional (Rakornas) Kepariwisataan yang mengangkat tema ‘Sinergi Pusat dan Daerah Menuju 12 Juta Wisman dan 260 Juta Wisnus Tahun 2016’ telah dilakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kemenpar dengan beberapa stakeholders.
Kesepakatan kerja sama Kemenpar dengan beberapa stakeholder dimaksud dalam rangka mendukung promosi Wonderful Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia yang menargetkan 20 juta wisman pada 2020 mendatang.
Ketua Umum KEIN Soetrisno Bachir berharap, sektor pariwisata bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional. “KEIN berharap sektor pariwisata ini bisa menjadi sektor yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga di atas 10%,” kata dia di sela acara Focus Group Discussion (FGD) Pokja Pariwisata KEIN bersama Kemenpar di Ruang Rapat Menko Perekonomian, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta,
Menurut Sutrisno, harapan itu wajar karena melihat jika sektor pariwisata berbeda dengan sektor industri lainnya. Sektor ini melibatkan pemangku kepentingan yang banyak, dan di dalamnya bisa meliputi pengusaha besar dan kecil.
Selain itu, lanjutnya, sektor pariwisata juga memberikan efek berganda. “Tidak banyak negara yang bisa mengandalkan sumber devisa dari sektor pariwisata. Karena itu, kami berharap agar sektor pariwisata bisa lebih cepat menggerakkan ekonomi dan sekaligus mendapatkan devisa,” ucap Sutrisno.
Sutrisno pun yakin, kalau sektor pariwisata bisa menjadi sektor yang sangat kuat dalam situasi bangsa ke depan yang pasti akan banyak menemui tantangan. Apalagi di sektor pariwisata ini didukung oleh situasi geografis di Asia Pasifik yang sangat bagus. “Kita juga memiliki sumber daya alam maupun kebudayaan yang komplit,” tutur Sutrisno.
KEIN melihat hal tersebut sebagai sebuah tantangan bersama dan perkembangan itu harus segera dipercepat. Menurut Soetrisno, KEIN bertugas menyampaikan dan memberikan masukan roadmap tersebut kepada presiden. “Apalagi industri pariwisata ini juga sesuai dengan program yang diarahkan Presiden Jokowi, di mana kita bisa memaksimalkan dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan memberikan lapangan pekerjaan kepada mereka yang mempunyai pendidikan rendah,” pungkasnya.. (Achmad Ichsan)