Tuntutan pasar Eropa terhadap produk yang ramah lingkungan kini semakin besar. Tuntutan serupa juga mulai berkembang di negara lain, karenanya para produsen harus menyesuaikan dengan tuntutan pasar tersebut.
Pameran consumer goods skala internasional, Ambiente, pada 8-12 Februari 2019 di Frankfurt, Jerman, telah membukan peluang pasar di kawasan Eropa. Sebanyak 4.451 peserta dari 92 negara ikut berpartisipasi dalam gelaran tersebut, termasuk delapan industri kecil menengah (IKM) dari Indonesia.
Menurut Profesor Hans Maier-Aichen, desainer produk asal Jerman, produk dari berbagai negara yang ikut pameran harus mencermati tipe pasar dan konsumen Eropa dengan baik. Tuntutan pasar Eropa terhadap produk yang ramah lingkungan kini semakin besar. Bahkan, tuntutan serupa juga mulai berkembang di negara lainnya. Oleh karena itu, para produsen dari semua negara harus menyesuaikan dengan tuntutan pasar jika ingin berhasil.
Kepala Perwakilan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt, Toferry Primanda Soetikno mengakui, adanya tuntutan pasar yang kian tinggi terhadap produk ramah lingkungan dari luar negeri. Kesempatan berpameran di Frankfurt ataupun kota lainnya di Jerman, harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, untuk mengukuhkan kualitas produk Indonesia. “Kalau sudah masuk Jerman, berarti sudah bisa masuk ke negara Eropa lainnya. Kalau sudah masuk Eropa, otomatis mudah menembus negara lainnya,” ucapnya.
Sementara itu, Dirjen IKM Kementerian Perindustrian, Gita Wibawaningsih mengatakan, keikutsertaan pelaku IKM Indonesia dalam pameran di Frankfurt, Jerman merupakan salah satu cara untuk berinteraksi secara langsung dengan buyer. Karena tren penjualan dari eksportir langsung buyer, adalah salah satu jalur distribution channels yang efektif dan diminati di Eropa.
Menurut Gati, Keikutsertaan pada pameran internasional tersebut, selain bisa menjadi ajang unjuk gigi produk IKM Indonesia, juga bisa menjadi sarana para pelaku IKM untuk bersaing dengan produk unggulan dari negara lain di pasar ekspor.
Gati menjelaskan, di antara sektor IKM yang didorong untuk meningkatkan ekspornya, adalah industri kerajinan. Selama ini, lanjutnya, industri kerajinan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemasukan devisa negara melalui capaian ekspor produknya. Sektor kerajinan yang merupakan salah satu dari kelompok industri kreatif ini sudah memiliki jaringan pasar yang luas di mancanegara, seperti Eropa dan Amerika Serikat.
Salah satu industri kerajinan yang fokus menggarap pasar ekspor dengan produk ramah lingkungan, adalah Wood & Soul Bali. Usaha kerajinan milik Suharto yang didirikan pada 2001 ini, memproduksi peralatan dapur dari kayu sebagai pengganti peralatan dari plastik. Saat ini, 90 persen hasil produksi Wood & Soul Bali yang terbuat dari kayu telah dipasarkan ke luar negeri.
Kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan menjadi peluang besar bagi Wood & Soul Bali untuk memasarkan produknya di pasar luar negeri. Konsumen pasar luar negeri sangat tertarik terhadap produk pengganti plastik. Produk berbahan kayu atau besi sebagai substitusi plastik dengan cepat menarik perhatian pasar luar negeri. (Ahmad Jauhari)