Banyaknya event pertemuan yang tertunda akibat tidak dikeluarkanya izin oleh pemerintah pusat maupun daerah berkenaan dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menyebabkan banyak sekali para pengusaha mulai beralih memanfaatkan teknologi digital meeting di dalam kegiatannya.
Dengan perubahan kebiasaan dalam berbisnis di era new normal ini, banyak juga usaha yang tidak siap dan gulung tikar. Namun, para pelaku industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) meyakini, bahwa acara yang diselenggarakan secara virtual seperti Digital Meeting dan Webinar bukan merupakan ancaman bagi mereka karena hal tersebut hanya berupa penyesuaian di masa pandemi saja dan bersifat sementara.
“Saya yakin sekali ini hanya temporary, memang sangat penting ini bisa dilakukan kalau misal congress, conference dan lain-lain tapi kalau pameran dimana orang bertemu, lihat barang, talking to the future saya rasa kok tidak yakin,” kata Direktur Pemasaran Jakarta International Expo, Ralph Scheunemann.
Senada dengan hal tersebut, Hosea Andreas Runkat selaku Direktur Konvensi Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) menegaskan, bahwa dirinya kurang sepakat dengan adanya pandemi Covid-19 ini, para pelaku industri MICE harus merubah cara bisnis mereka meskipun digital meeting merupakan perkembangan teknologi yang memang cocok diterapkan di masa pandemi dan masyarakat harus beradaptasi. “Karena wabah ini sifatnya hanya sementara saja,” imbuhnya.
Sudah Siap Reopening
Pandemi virus corona telah menghantam banyak sektor usaha, salah satunya adalah industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Industri MICE cukup merasakan dampak yang luar biasa akibat wabah corona ini.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi), Hosea Andreas Runkat menyebutkan, ada lebih dari 300 event yang harus tertunda akibat tidak keluarnya izin. Banyaknya pameran yang tertunda berdampak besar terhadap karyawan yang dirumahkan dan potong gaji.
Andreas menyebut dirinya tengah mendorong pemerintah untuk segera membuka pintu perijinan dan memberi kesempatan para pelaku usaha MICE, untuk meyakinkan bahwa mereka telah siap menjalankan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
“Sebenarnya apa yang sudah kita punya tidak ada salahnya untuk kita trial, jadi bagaimana kita mau memastikan bahwa protokol ini berjalan dengan baik kalau memang pintu perijinan kita belum dibuka,” papar Andreas.
Selain menerapkan protokol kesehatan untuk pengunjung, lanjutnya, protokol kesehatan juga diberlakukan untuk karyawan internal juga pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan event tersebut.
Ryan Adrian, Direktur Indonesia Convention Center menegaskan, bahwa ia telah memastikan seluruh karyawan sehat dan termonitor mematuhi protokol kesehatan, karena jika karyawan sehat mereka bisa melayani tamu dengan lebih aman.
“karyawan kita sekarang kita test covid dengan swab test bukan rapid test karena kita menjamin kita semua sama-sama berada di tempat yang sehat,” terang Ryan.
Sementara itu, Daswar Marpaung, Direktur Nusa Dua Convention Center mengatakan, bahwa sebenarnya mereka sudah siap sejak 2 bulan lalu dengan mengadopsi protokol kesehatan dari beberapa stakeholder dalam maupun luar negeri.
“karena kita merupakan anggota dari AIPC dan ICCA dari april kita sudah intens bicara prosedur reopening saya yakin kita semua merasa tinggal tunggu waktunya ada pembukaan. Yang kita susun ini berdasarkan semua yang sudah disampaikan para stakeholders di seluruh dunia,” tukasnya. (Achmad Ichsan)