Ini bukan pertama kalinya para desainer mencoba mengangkat teknik marquetry. Desainer Bethan Laura Wood yang berasal dari Inggris dan Studio Job yang berasal dari Belgia telah merancang beberapa furnitur dengan teknik yang sama beberapa tahun yang lalu.
Selain marquetry, teknik-teknik manufaktur tradisional seperti ukir dan anyaman juga kerap ditemukan di berbagai eksebisi desain di Eropa. Banyak desainer dari Eropa yang terinspirasi dari teknik-teknik manufaktur tradisional dan mengangkatnya ke dalam produk yang mereka rancang. Beberapa diantaranya adalah Miriam van der Lubbe dan Joris Laarman yang menggabungkan teknik manufaktur tradisional ukir dengan terknik manufaktur modern seperti CNC cutting ke dalam produk mereka. Elemen dekoratif sengaja ditonjolkan sehingga produk mereka menjadi menarik dan unik.
Perkembangan ini merupakan hal yang menarik karena para desainer mulai melihat teknik-teknik manufaktur tradisional yang sempat jarang diaplikasikan selama beberapa waktu. Sebelumnya, para desainer lebih sering mencoba untuk membuat desain dengan gaya minimalis dan teknik manufaktur yang efisien dan efektif sehingga tidak menyulitkan para industri untuk memproduksi desain mereka. Prinsip “Form Follow Function” dan “Less is More” yang sempat booming tidak lagi selalu digunakan oleh para desainer dan industri. Tradisi yang sempat mereka tinggalkan kini kembali diangkat.
Hal yang sama sebenarnya juga terjadi di Indonesia. Indonesia sendiri telah memiliki tradisi membuat kerajinan dan produk dengan tingkat detail yang tinggi sejak ratusan tahun yang lalu. Banyak produk yang menggunakan teknik-teknik tradisional seperti ukir, anyaman dan marquetry. Namun seiring dengan perkembangan pasar, banyak industri dan desainer yang mulai mempertimbangkan untuk membuat produk dengan teknik yang lebih mudah untuk menghemat biaya dan mempercepat waktu produksi. Hal ini sempat menjadi perdebatan mengingat teknik manufaktur tradisional merupakan salah satu elemen terkuat yang membuat kerajinan dan produk Indonesia menonjol.
Trend yang terjadi di Eropa saat ini membuka kembali pasar untuk produk dengan gaya tradisional dengan teknik-teknik manufaktur yang cukup rumit. Hal ini dapat mendorong para industri Indonesia untuk kembali menggunakan teknik yang telah mereka gunakan selama ratusan tahun. Dengan kata lain, pengrajin-pengrajin dapat kembali berkarya melalui material-material yang masih berlimpah di Indonesia.
Perlu untuk diketahui bahwa pengaplikasian teknik manufaktur tradisional untuk membuat produk-produk baru tidaklah mudah. Untuk merancang produk-produk yang segar dan tidak berkesan kuno, tentunya dibutuhkan kolaborasi antara industri, pengrajin, dan desainer. Kolaborasi ini dapat didukung melalui berbagai program pengembangan desain, workshop dan pameran.