Kesadaran tentang karya seni yang dilihat, maka perhatian audiens dapat dibentuk dan menjadi perhatian publik, baik langsung atau tidak langsung, menjadikan karya seni sebagai material untuk aksi, kekuatan kesadaran untuk membentuk publik dalam partisipasi terletak pada sudut pandang.
Jakartaweeks, -Proyek seni Kalatanda memperlihatkan tentang estetika seni, yang dikerjakan setelah pelonggaran masa pandemi. Terlihat bagaimana karya-karya yang tersaji tidak membawa ketegangan dalam menikmatinya dan memberi peluang apresiator untuk belajar dalam menikmati karya seni, secara langsung, yang tersaji dalam pameran ini. Proses interaksi antara karya dan orang yang melihat, memperhatikan karya dan menikmatinya dibentuk secara tidak sadar.
Kesadaran terhadap karya seni menjadi penting hari ini. Sebab melalui kesadaran tentang karya seni yang dilihat, maka perhatian audiens dapat dibentuk dan menjadi perhatian publik, baik langsung atau tidak langsung, menjadikan karya seni sebagai material untuk aksi, kekuatan kesadaran untuk membentuk publik dalam partisipasi terletak pada sudut pandang tersebut.
Pameran yang bertempat di Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta. Pada tanggal 12 Oktober – 23 Oktober 2022, menggelar pameran Kalatanda. Peserta pameran dengan karya-karyanya sebagai berikut: Karya Eko Banding Hartoko, Revoluta Syahri, Sari Koeswoyo dan Setiyoko Hadi, menuangkan tanda dalam permainan yang mendasar bagaimana karya yang berasal dari intuisi seniman mempunyai tempat di ruang pameran dengan gaya yang mereka ciptakan.
Sedangkan Krisna Eta, menciptakan karya dengan kekuatan digital yang dirangkai sedemikian rupa untuk membuat kesadaran bahwa memakai teknologi membuat karyanya menjadi futuristik dapat dinikmati dimana saja dengan handphone yang digerakkan oleh aplikasi tertentu.
Simbolisme karya terdapat pada Inanike Agusta yang menggunakan karya dengan medium penggorengan atau wajan, untuk memperlihatkan bagaimana medium tersebut tidak hanya untuk satu kegunaan: memasak, tetapi juga dapat dipakai secara aplikatif dalam karya seni.
Sedangkan Sri Hardana, menggunakan permainan yang interaktif dalam karyanya mengajak publik turut serta menggunakan karyanya, mencari jawaban-jawaban dalam kehidupan ini dengan cara mengajukan pertanyan dan memainkan karya tersebut dengan memanahnya.
Ve Dhanito menciptakan karya dengan mendasarkan pada pemikiran neuroscience, sehingga ada pemikiran ketika terlibat dalam karya tersebut dan publik ikut berpikir bagaimana menerjemahkan, menafsir dan berbuat atas suatu kehendak dalam konsep hidupnya.
Menurut Merwan Yusuf dalam konsep pameran kali ini, kurasi membuka logika pembacaan baru terhadap karya seni. Bagaimana karya seni membuka peluang aksi audiens ketika ada di hadapan karya? Serta membuka peluang interaksi yang cukup mendasar tentang pengembangan diri untuk kehidupan.
“Interaksi merupakan cara yang menuntut seniman dan audiens untuk mengembangkan diri dalam skema partisipasi sekaligus aksi dalam membuat apresiasi di ruang pameran khususnya dan ruang publik umumnya”,ungkap Merwan Yusuf, kurator pameran.
Pembukaan pameran tanggal 12 Oktober 2022 jam 14.00, akan dimeriahkan pementasan komunitas literasi tersajakkanlah, komunitas literasi yang menghayati pembacaan puisi sebagai konsep pembacaan dengan dramaturgi yang menampilkan roman sosial. *