Pisau Kardin berstandar Amerika ternyata diproduksi oleh seorang pandai besi asal Bumi Parahiyangan. Proses penempaannya serupa dengan yang dilakukan oleh para empu zaman dahulu. Kini, pisau Kardin telah diakui dan dipakai oleh prajurit militer Amerika dan Yordania.
Dahulu, para pemuda di daerah memiliki senjata tajam karena termotivasi oleh budaya daerah. Setiap pemuda di Nusantara yang kental dengan adat budaya menyukai atau paling tidak memiliki senjata tajam dari daerah asal. Pria Aceh memiliki rencong, laki-laki Jawa suka mengoleksi keris, pria Madura gemar menyimpan celurit, laki-laki Kalimantan harus memiliki Mandau, serta pria Bugis juga sudah lazim menyimpan badik.
Dari masa ke masa, seorang pria lazimnya memiliki senjata untuk melindungi diri, keluarga, dan orang lain yang patut dilindungi. Karena itu, ada filosofi kuno yang menyebutkan seorang pria sejati memiliki kriteria empat Ta (tahta, harta, wanita, dan senjata). Senjata seakan menjadi simbol dari identitas diri, keberanian, dan ketangguhan.
Pada zaman dahulu, pembuat senjata tajam disebut empu atau pandai besi yang ahli membuat senjata pusaka. Seorang empu tidak hanya mampu mengisi senjata dengan kekuatan gaib, tetapi juga piawai membuat senjata dari bahan khusus. Mpu Gandring, misalnya, membuat keris kondang semasa Kerajaan Singosari.
Kini, di Indonesia masih ada orang yang mendapat sebutan empu. Jika Anda kolektor pisau, pasti sudah tidak asing dengan Teddy Sutadi Kardin. Berkat kepiawaiannya, nama Teddy dikenal sebagai pembuat pisau yang tidak hanya dikenal di dalam negeri. Pisau Kardin yang dibuatnya setara dengan pisau Victorinox buatan Swiss yang kondang di dunia.
Pisau Kardin Andalan Pasukan Khusus Dunia
Pada 1976, Teddy gemar menjelajahi hutan Nusantara untuk melakukan penelitian geologi, terutama terkait ekplorasi minyak bumi. Sarjana Teknik Geologi dari Institut Teknologi Bandung ini sudah bekerja di perusahaan minyak, seperti Pertamina, Elf Aquitane Indonesia, Mobil Oil, Huffco Brantas, dan Humpuss Patragas. Di setiap penjelajahannya, ia selalu ditemani oleh sebilah pisau. Pisau yang paling dikaguminya, yakni Buffalo Skinner dan pisau Bowie yang sangat melegenda karena dipakai oleh James Bowie.
Pada awal 1990, ia mencoba untuk serius menekuni pembuatan pisau. Dengan kerja keras dan eksperimen yang tiada henti, ia bekerja keras mempelajari seni pisau buatan tangan. Hasil kerja keras Teddy tidak sia-sia. Ia berhasil mendirikan perusahaan T. Kardin Pisau Indonesia. Dalam waktu beberapa tahun, pisau produksinya semakin dikenal karena kualitas dan keindahannya.
Saat ini, bengkel miliknya yang terletak di Bandung memiliki 40 orang karyawan dengan kapasitas produksi 300 bilah pisau dalam sebulan. Beragam jenis dan bentuk pisau ini masih dibuat secara tradisional dengan tangan. Karena itu, dibutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran untuk menghasilkan sebilah pisau saja. Inilah yang membedakan produk T. Kardin Knives dengan pisau buatan pabrikan.
Hingga kini, sudah puluhan desain pisau yang diciptakannya. Pisau yang paling banyak dikeluarkan berjenis snikker atau Bowie. Namun, ia juga memproduksi berbagai belati atau pisau komando di bengkelnya. Produk buatannya tidak hanya diincar kolektor pisau dalam negeri, tetapi juga disukai oleh kolektor pisau dari mancanegara. Bahkan, pisau-pisau produknya yang sudah berstandar internasional dipakai oleh prajurit militer Amerika Serikat dan Yordania.
Teddy memproduksi pisau-pisau dengan menggunakan material baja pilihan berkualitas internasional, antara lain baja O1, baja D2, baja 440C, baja ATS-34, dan baja Damascus. Baja yang digunakan berstandar American Iron Standard Institute. Kekerasan baja pisau yang diproduksi setelah diperkeras ± 58 hingga 60 Hrc (Standard Rookwell).
Ada pun karakter dari baja-baja tersebut. Pertama, O1 Tool Steel dengan kadar karbon tinggi, khromium rendah, kekerasan tinggi maksimal 65 Hrc, dan mudah berkarat. Kedua, D2 Tool Steel berkadar karbon tinggi, khromium tinggi, kekerasan tinggi maksimal 64 Hrc, belum bebas karat, ketajamannya awet, dan mudah diasah. Ketiga, 440C Stainless Steel berkadar karbon cukup tinggi, khromium tinggi, kekerasan tinggi maksimal 60 Hrc, sangat tahan karat, dan kekerasan cukup baik.
Keempat, ATS-34 Stainless Steel dikategorikan sebagai jenis baja terbaik, karbon tinggi, khromium tinggi, bebas karat, dan kekerasan maksimal 60 hingga 61 Hrc. Terakhir, Damascus Steel berupa baja yang melalui proses penempaan dua lapis besi dengan nikel yang berbeda warna, kemudian dilipat dan ditempa lagi sampai ratusan lipatan yang membentuk pola sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk mendapatkan bahan dengan kekuatan tertentu, Teddy kerap mencampur bahan pembuat senjata, seperti batu meteor yang dicampur dengan besi baja, kemudian ditempa berulang-ulang sampai mendapatkan bentuk tertentu hingga jadi sebilah pisau. Besi baja sebagai bahan utama didatangkan dari Jepang dan Austria yang dikenal dengan kualitas dan ketahanannya. (Adyan Soeseno)