Dengan prediksi penjualan cenderung stagnan, maka penjualan tahun ini kurang lebih sama dengan tahun lalu sekitar Rp3,07 triliun. Meski diprediksi stagnan, David berharap laba bersih tidak ikut tertekan didukung oleh penjualan produk herbal selama masa pandemi.
Selain itu, David juga menegaskan bahwa kondisi keuangan emiten berkode saham SIDO ini termasuk sangat bagus karena tidak memiliki utang bank, melainkan hanya utang dagang. Selain itu Sido Muncul juga memiliki kas yang cukup besar dan tidak akan digunakan dalam waktu dekat, maka SIDO akan melakukan pembagian dividen.
Adapun pada buku 2019, utang Sido Muncul tercatat sebesar Rp472,19 miliar terdiri dari utang jangka pendek Rp416,21 miliar dan utang jangka panjang Rp55,98 miliar. Sementara itu ekuitas Sido Muncul sebesar Rp3,54 triliun. Kemudian kas dan setara kas Sido Muncul di akhir periode sebesar Rp864,82 miliar.
David menambahkan, dia berharap pandemi segera berakhir dan bisa mengkaji kembali proyeksi penjualan. Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy dalam risetnya mengatakan meski pertumbuhan pendapatan hanya single-digit karena rendahnya kontribusi penjualan ekspor dan penjualan konvensional, Sido Muncul mampu bertahan dengan penjualan modern (modern trade).
“Melihat penjualan Sido Muncul dengan modern trade masih berjalan didukung dengan platform online dan kurir delivery, kami melihat sektor FMCG akan bisa mempertahankan laba yang stabil di tengah pandemi Covid-19,” jelas Robertus.
Dia memprediksi pendapatan Sido Muncul tahun ini mencapai Rp2,89 triliun dan laba bersih Rp878 miliar. Dus, Kresna Sekuritas merekomendasikan beli saham SIDO dengan target harga Rp1.420 dalam satu tahun ke depan. Dia memprediksi dividend yield 3,7% di 2020 dan 4% di 2021. Target harga tersebut, juga menggambarkan proyeksi PER 2020 sebesar 24,3 kali dan 2021 sebesar 22,7 kali, sementara proyeksi PBV 2020 sebesar 6,7 kali dan PBV 2021 sebesar 6,6 kali. (Achmad Ichsan)