Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM) komitmen untuk terus mendorong pertumbuhan daya saing produk-produk UKM nasional. Salah satunya dari sisi pemasaran produk UKM dari berbagai daerah untuk ditempatkan dalam satu wadah di Gedung Smesco Indonesia Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Untuk itu Kemenkop dan UKM akan menjadikan Smesco Indonesia ini sebagai tempat one stop service bagi UKM-UKM di Indonesia. Selain jadi tempat untuk memasarkan produk UKM, Smesco Indonesia akan didesain menjadi tempat bermain, tempat rileks, tempat kulineran hingga tempat edukasi.
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop), Teten Masduki, mengatakan pihaknya akan meredesain format Smesco Indonesia agar benar-benar menjadi tempat memasarkan produk UKM yang diminati pasar domestik atau luar negeri. Untuk manajemen dan pengelolaannya nanti pihaknya akan menyerahkan pada Badan Layanan Umum (BLU) Kemenkop dan UKM yaitu Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM). Tentunya dalam melakukannya, Kemenkop dan UKM akan menggandeng mitra-mitra yang kompeten agar nantinya Smesco Indonesia benar-benar bisa menjadi pusat peradaban baru bagi produk UKM.
“Smesco harus diredesain agar produk UKM mampu masuk pada global value chain, dengan begitu daya saing produk UKM ini bisa betul-betul bersaing di pasar domestik atau pasar luar negeri,” kata Teten dalam konferensi pers di Co Working Space, Smesco Indonesia, Jakarta, Jumat (15/11).
Teten mengaku tengah menunggu dan meminta masukan dari para pelaku industri kreatif yang sudah berpengalaman dalam pengembangan dan pemasaran produk UKM agar konsep baru dalam one stop services dari Smesco Indonesia bisa benar-benar diaplikasikan dalam waktu dekat. Teten menyadari bahwa saat ini Gedung Smesco Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 2007 dan menyediakan paviliun dari seluruh Propinsi di Indonesia masih belum maksimal pemanfaatannya. Maka tak heran jika pengunjung di Smesco Indonesia pada hari-hari biasa terlihat sepi. Padahal produk-produk UKM yang dijajakan dalam paviliun ini sangat berkualitas.
Dengan konsep baru dan one stop service yang akan diusungnya nanti diharapkan Smesco Indonesia bisa menjadi tempat berkumpul atau wisata belanja bagi masyarakat khususnya belanja produk-produk unggulan UKM dari berbagai wilayah di Indonesia. Dipastikan akan ada spot-spot khusus yang bisa menjadi pilihan bagi pengunjung selama berbelanja produk UKM di Smesco Indonesia.
“Ini akan jadi tempat pusat konsultasi dari hulu ke hilir (bagi pelaku UKM), retail gallery sudah ada tapi nanti juga ada (spot) untuk akurasi produk sehingga bisa memberikan penguatan pada brand lokal. Kami punya ambisi Smesco menjadi pusat peradaban baru UKM,” katanya.
Terkait dengan pembiayaan bagi penguatan SDM pelaku UKM, Mantan Staf Kepresidenan ini menegaskan bahwa sudah ada skim-skim khusus yang bisa diakses oleh pelaku usaha. Seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), akses permodalan dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) yang menjadi BLU dari Kemenkop dan UKM serta skema lainnya. Dipastikan pemerintah akan terus fokus untuk mengupayakan agar semakin banyak UKM yang naik kelas dengan memanfaatkan program pemasaran atau pembiayaan yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
“Pembiayaan udah disiapkan pemerintah dengan berbagai skema yang pasti Smesco ini akan jadi pusat one stop services bagi UKM, nanti di sini sebagai tempat belajar, sharing eksperimen dan lainnya,” pungkas Teten.
Di tempat yang sama Founder Rumah Kolaborasi The Local Enebler, Dwi Purnomo, menyatakan bahwa Smesco Indonesia sangat potensial untuk dijadikan trade center dan pemenuhan life style. Hanya perlu polesan-polesan sedikit untuk mengubah wajah Smesco tersebut dengan mengisi berbagai inovasi tambahan. Untuk melakukan itu Kemenkop dan UKM melalui LLP-KUKM tidak bisa berkerja sendiri. Perlu menggandeng banyak komunitas dari berbagai pihak untuk mengisi konten-konten kreatif pada Smesco tersebut.
“Saya melihat potensi luar biasa dari tempat ini, tapi akan sangat sulit bagi pemerintah (LLP-KUKM) untuk mengoperete semua kebutuhan. Ada baiknya tempat ini jadi hub yang baik dengan pemerintah menjadi enebler. Justru pemerintah harus menggaet lebih banyak komunitas di rumahnya di sini,” ujar Dwi Purnomo.
Sementara itu Co-Founder LINGKARAN, Ananda Marissa, menyatakan sebagai platform start up di bidang edukasi non formal untuk pengembangan entrepreneurship, pihaknya siap mendukung progam redesain Smesco Indonesia. Konsep edukasi yang ditawarkannya adalah dengan menyediakan satu wadah untuk pengembangan UKM melalui capacity building sesuai kurikulum yang sudah disiapkan dan siap diimplementasikan. Diharapkan dengan edukasi yang dilakukan secara periodik di Smesco Indonesia bisa mendorong UKM naik kelas.
“Saya ada kurikulumnya, udah siap tinggal implemetasikan untuk tiga bulan ke depan, kita berharap UKM yang sudah berkembang dan berskala besar bisa saling mengajari dan membagi pengalamannya kepada UKM skala menengah dan yang menengah kepada yang kecil kemudian yang skala kecil bisa mengajari yang mikro,” tutur Marissa. (Achmad Ichsan)