Dari tahun ke tahun, jumlah ekspor batik nasional terus meningkat kendati menghadapi persaingan industri batik dengan negara lain. Segala aspek dibenahi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas agar batik nasional bisa menguasai pasar global.
Popularitas warisan nusantara (wastra) Indonesia alias kain tradisional batik kini semakin mendunia. Kain dan busana batik tidak hanya digemari masyarakat di dalam negeri, tetapi juga masyarakat dari berbagai kalangan di belahan dunia.
Kain tradisional Indonesia ini demikian populer di mancanegara. Banyak kepala negara dan ibu negara yang pernah mengenakan pakaian dan gaun batik. Boleh jadi, mereka memilih pakaian wastra ini sebagai pakaian resmi untuk menghadiri berbagai pertemuan internasional di Indonesia, seperti APEC, IPEC, KAA, dan lainnya.
Tradisi pakaian resmi batik ini kerap diberlakukan sejak dekade 70-an di era Presiden RI ke-2 H.M. Soeharto hingga kini. Demikian pula, batik sering kali diberikan sebagai cendera mata bagi tamu negara. Cara-cara ini sangat efektif untuk mempromosikan atau memperkenalkan batik di dunia fashion. Kendati juga serangkaian pergelaran fashion show batik dilakukan secara rutin di mancanegara.
Banyak tokoh dunia tertarik dan jatuh cinta pada wastra batik, seperti halnya mantan Presiden Afsel Nelson Mandela (alm.), bahkan mantan Presiden AS Barack Obama. Presiden AS ke-44 itu suka mengenakan batik. Menurutnya, sebagai pakaian yang sangat merakyat, batik memiliki kelas yang dapat dipakai oleh siapa pun di dunia. Ini yang membuat batik istimewa.
Bahkan, Obama sudah berulang kali memakai batik. Ini bisa dilihat salah satunya saat Obama menghadiri East Asia Summit (KTT) di Cambodia bersama orang-orang penting lainnya, seperti Perdana Menteri Cambodia Hun Sen, Perdana Menteri Australia Julia Gillard, dan pemimpin negara lainnya. Saat acara berlangsung, hampir seluruh peserta KTT mengenakan batik.
Tidak hanya orang sekaliber Obama, masih banyak selebriti kelas dunia yang juga mengenakan batik, antara lain Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia versi majalah Forbes. Pendiri Microsoft ini memiliki kekayaan senilai US$79 miliar. Dunia fashion pernah dikejutkan dengan gaya berpakaian Bill. Ia mengenakan baju batik Indonesia saat menghadiri acara Presidential Lecture di Jakarta Convention Center. Semua media fashion menulis Bill memakai batik produk Iwan Tirta. “Saya menghargai Indonesia,” dalihnya.
Selain big boss Microsoft, ada juga bintang Hollywood Tom Cruise. Aktor laga ini berhasil meraih tiga penghargaan Golden Globe Awards dalam film terbarunya, Mission Imposibble V. Banyak adegan menarik selama film ini ditayangkan. Tidak hanya aksi nekat tokoh Ethan (yang dimainkan Tom Cruise), tetapi juga adanya scene di mana Ethan memakai batik sebagai salah satu wardrobe-nya.
Sementara itu, aktris sekaligus model kenamaan, Kim Kardashian, juga pernah memakai batik seperti ditulis dalam majalah fashion kenamaan Vogue. Reputasinya pernah turun saat ia tampil di Grammy dengan dandanan yang salah tempat. Demi menebus “kesalahan” tersebut, Kim akhirnya tampil sangat cantik dengan pakaian yang serasi saat mengunjungi acara di Waverly inn, New York. Ia mengenakan mini dress bermotif batik warna emas yang dikombinasi dengan sepatu pumps dari Christian Louboutin dan clutch Triangolo Satin. Pilihan wardrobe batiknya kala itu akhirnya menuai sanjungan positif.
Ikon Fashion Menunjang Ekspor
Wastra kini sudah menjadi ikon fashion yang mendunia. Karena itu, produk batik nasional saat ini telah menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Nilai ekspor batik dan produk batik sampai semester I tahun 2017 tercatat mencapai US$39,4 juta. Pasar utama tujuan ekspor ialah Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Pencapaian ini, menurut rilis Kementerian Perindustrian (Kemenperin), menandai bahwa industri batik nasional memiliki daya saing komparatif dan kompetitif di pasar internasional. “Indonesia telah menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia. Karena itu, batik yang menjadi identitas bangsa semakin populer dan mendunia,” kata Sekjen Kemenperin Haris Munandar saat pembukaan Pameran Hari Batik Nasional (HBN) 2017 di Plasa Pameran Industri, Jakarta, akhir September lalu.
Haris meyakini potensi pasar ekspor batik Nusantara masih bisa ditingkatkan, mengingat perdagangan produk pakaian jadi dunia sebesar US$442 miliar. “Ini menjadi peluang besar bagi industri batik untuk memperluas pangsa pasarnya karena batik sebagai salah satu bahan baku untuk produk pakaian jadi,” tuturnya.
Apalagi, saat ini batik bertransformasi menjadi beragam bentuk produk fashion, kerajinan, dan dekorasi rumah yang telah mampu menyentuh lapisan masyarakat luas dari berbagai kelompok usia, golongan, dan pekerjaan. “Bahkan, tokoh-tokoh dunia senang menggunakan batik. Kita sebagai rakyat Indonesia juga harus bangga menggunakan batik,” tegas Haris.
Sesuai tema Pameran HBN 2017, “Menjaga Warisan Budaya Batik Indonesia, Haris mengingatkan, warga negara Indonesia semestinya dapat melestarikan warisan budaya Nusantara tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan, salah satu contoh yang perlu diapresiasi ialah upaya sinergi antara Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin dengan Yayasan Batik Indonesia dalam penyelenggaraan pameran HBN pada September lalu.
Menurut Haris, langkah kolaborasi antara pihak akademisi (Academics), pelaku usaha (Business), pemerintah (Government), dan komunitas (Community) atau disebut ABGC menjadi sangat penting guna mewujudkan pelestarian budaya dan pengembangan industri batik nasional secara berkelanjutan. (Adyan Soeseno)