Tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. seperti keawetan kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati, perbedaan keawetan suatu kayu, disebabkan oleh adanya perbedaan ekologi atau hubungan timbal balik tumbuh sebagai pohon dan mahluk hidup dengan komponen sekitarnya.
Pada dasarnya, proses pengawetan kayu yang diterapkan di setiap pengolahan kayu adalah, untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki umur pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.
Ada beberapa hal yang menjadi prinsip pengawetan bahan material kayu diantaranya, pengawetan kayu harus merata, penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sebanyak mungkin di dalam kayu.
Metode pengawetan kayu menggunakan bahan-bahan kimiawi, sangat ampuh terhadap makhluk penyebab kerusakan kayu, seperti bahan kimia yang sering digunakan dalam pengawetan kayu, arsen(As), tembaga(Cu), seng(Zn), fluor(F), chroom(Cr), dan lain-lain. Namun, tidak semua bahan pengawet memiliki keguanaan yang tepat dalam proses pengawetan kayu.
Ada beberapa proses pengawetan kayu dengan menggunakan metode-metode yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan, seperti metode rendaman, pencelupan, pemulasan, penyemprotan hingga pembalutan kayu untuk menghasilkan kayu yang kuat dan tahan lama.
Metode rendaman bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai antara lain, NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah, juga dapat direndam secara alamiah di daerah sungai atau kolam air dengan jangka waktu tertentu.
Berikutnya adalah cara atau metode pengawetan dengan pencelupan, dimana kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan detik. Teknik ini memiliki Kelemahan dari hasil akhirnya diantaranya: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak memuaskan, hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis. Sama hanya dengan metode penyemprotan, yang hanya dilakukan pada industri-industri penggergajian yang bertujuan untuk melindungi serangan jamur blue stain yang sifatnya sementara. Kedua teknik ini akan berhasil maksimal dalam pengawetan ini akan lebih baik, bila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Teknik yang lebih sedikit rumit adalah cara pembalutan, suatu cara pengawetan khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. kemudian dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu, metode ini yang sering diterapkan dalam kegiatan pembangunan kontruksi bangunan karena lebih cepat pengerjaannya.
Berbagai cara dan pemilihan metode pengawetan selain tergantung dari faktor tempat kayu nantinya akan digunakan, dipasang, perlu juga dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak cara pengawetan yang dapat dilaksanakan, mulai cara sederhana sampai kepada cara yang relative sukar dengan peralatan yang mahal (modern).
Teknik secara moderen yang ideal dalam proses pengawetan kayu adalah dengan cara pemakuman dan tekanan dengan menggunakan teknologi mesin, dengan teknik pengerjaannya ada dua yakni proses melalui sel penuh dan sel kosong.
Kedua pengawetan kayu ini memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan diantaranya bahwa pengawetan dengan menggunakan tungku akan menghasilkan Penetrasi dan retensi tinggi sekali (memuaskan), walaupun dengan waktu yang relatif singkat sekali, dapat diterapkan kepada semua jenis kayu baik kondisi basa dan kering. Sedangkan kelemahan dari metode ini dilihat dari jumlah modal yang diperlukan lebih besar, membutuhkan ketelitian, kejelian dalam proses kerja karena menyangkut dunia usaha yang bersifat komersial.
Secara teknis kedua metode pengawetan vakum dan tekanan terdapat perbedaan diawal proses Keduanya berbeda pada pelaksanaan permulaan, pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel, sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel. Dan tata kerjanya hanya terdapat sedikit perbedaan antara sel penuh dan sel kosong. Seperti kerja pada proses pengawetan sel penuh, kayu masuk kedalam tungku yang tertutup rapat, kemudian dilakukan penghisapan atau vakum selama 90 menit agar udara dapat keluar dari dalam kayu, yang dilajutkan pemberian larutan pengawet kayu, dan diakhiri dengan membersikan permukaan kayu dari bahan pengawet dengan cara di vakum.
Pola kerja pada proses pengawetan sel kosong diantaranya, kayu msuk ketangki yang tertutup, tanpa vakum dan larutan pengawet dialirkan secara penuh, dengan maksud memberikan tekanan ditingkatkan sampai 7 – 8 atmosfer selama beberapa jam, tekanan dihentikan dan bahan pengawet dikeluarkan, serta terakhir adalah dilakukan vakum 60 cm/Hg, selama 10 menit untuk membersihkan permukaan kayu dari kelebihan bahan pengawet. (Agus Sukmadi)